loading=

Aruna dan Lidahnya, Keberagaman Kuliner Dalam Satu Film

Para pemain dan produser film Aruna dan Lidahnya yaitu Hannah Al Rasyid, Dian Sastrowardoyo, Oka Antara dan Muhammad Zaydi saat Meet and Greet di Hotel Mercure Pontianak. Foto: Rizky

Pontianak, BerkatnewsTV. Sejumlah pemeran film Aruna dan Lidahnya antara lain Dian Sastrowardoyo, Hannah Al Rasyid dan Oka Antara menggelar Meet and Greet di Mercure Hotel, Selasa (2/10) sore.

Film Aruna dan Lidahnya sendiri bercerita tentang perjalanan tugas Aruna yang diperankan oleh Dian Sastro untuk menginvestigasi kasus flu burung di empat kota sembari berburu kuliner Nusantara bersama tiga temannya yaitu Bono (Nicholas Saputra), Nad (Hannah Al Rasyid) dan Farish (Oka Antara). Film yang di produseri Muhamad Zaydi mengambil lokasi shooting di Surabaya, Pamekasan (Madura), Pontianak, Singkawang dan Jakarta.

Film ini merekam keragaman kuliner Indonesia yang kaya pilihan. Berbagai makanan khas daerah tersebut muncul secara menggiurkan. Baik yang sudah dikenal luas seperti Rawon (Surabaya) dan Nasi Goreng sampai makanan yang hanya dapat ditemui di satu tempat seperti Campur Lorjuk (Pamekasan), Pengkang (Pontianak), dan Choi Pan (Singkawang)

“Kita memilih Pontianak dan Singkawang selain karena mengadaptasi novel dari Aruna dan Lidahnya, kami telah melalukan riset dan keberagaman masyarakat dan kuliner di dua kota tersebut sehingga dari 10 kota yang ada di novel kita pilih 4 kota saja termasuk Pontianak dan Singkawang” ungkap Muhamad Zaydi.

Para pemeran film Aruna dan Lidahnya pun menceritakan kesan saat shooting di Kota Pontianak dan Singkawang.

“Iya aku baru pertama kali ke Pontianak dan Singkawang dan aku suka kulinernya enak banget seperti pengkang,” ungkap Hannah.

Hal senada juga diungkapkan oleh Oka Antara. Pemeran Farish dalam film Aruna dan Lidahnya itu pun mengakui kuliner di Pontianak dan Singkawang.

“Salah satu kuliner yang paling membuat saya terkesan itu mie kepiting. Itu enak banget,” akunya.

Sementara itu, pemeran Aruna yaitu Dian Sastro mengungkapkan bahwa kesempatan dirinya untuk berakting di film ini adalah kesempatan yang langka. Apalagi menurutnya film-film Indonesia yang berbicara tentang kuliner cukup jarang.

“Belum pernah orang Indonesia itu ditawarkan sesuatu (menonton film) yang biasa saja. Biasa saja bukan berarti tidak menarik ya dan film ini mencoba membuktikan hal itu bahwa sesuatu yang biasa dilakukan sehari-hari atau rileks itu bisa menjadi berbobot tetapi juga tidak kehilangan kedalaman. Saya agak bingung ngejelasinnya kalau belum pada nonton makanya semuanya nonton filmnya dan resapi apa yang saya maksud,” ungkap Dian. (riz)