Sintang, BerkatnewsTV. Salah satu tradisi Kesultanan Sintang yang hingga kini masih dipertahankan yakni ritual adat umpan benua.
Ritual adat umpan benua mengandung filosofi mensyukuri nikmat Tuhan kepada manusia yang telah menjaga kelestarian alam sekitar.
Di masa sekarang, ritual adat umpan benua yang digelar Kesultanan Sintang di Istana Al-Mukarammah pada Sabtu (4/5) rangkaian dari Hajad ke-657 Kota Sintang, bertujuan mengingatkan kembali kepada manusia untuk tidak merusak alam yang semakin hari dirasakan mulai rusak.
“Umpan benua filosofinya adalah bahwa alam itu adalah kawan, kita yang harus jaga, dan kita lestarikan, pada umumnya ritual adat umpan benua ini kita mensyukuri nikmat dari Allah SWT karena kita dalam dekat dengan alam,” kata Bupati Sintang Jarot Winarno.
Maka Jarot berharap ritual adat umpan benua yang merupakan warisan para leluhur harus terus dilestarikan.
Ritual adat umpan benua dirangkaikan dengan saprahan. Menurut Jarot tradisi ini mengandung makna saling bersilaturahmi dan memiliki nilai kesetaraan.
“Kesetaraan antara petinggi negeri dengan masyarakat umum itu duduk bersama, semuanya berbaur menjadi satu,” jelasnya.
Koordinator Panitia, Syamsul Bachri menjelaskan sejarah singkat dan makna umpan benua.
“Umpan benua sudah terjadi sejak jaman para leluhur, sesepuh, Al-Mukkarammah pada waktu itu,” tuturnya.
Mereka mengadakan ritual yang bersifat bersedekah negeri, bersedekah negeri ini adalah kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh kerajaan sekaligus sebagai wujud syukur ketika itu.
“Para leluhur kita waktu itu belum berkaitan dengan agama apa yang ada sudah masuk ketika itu, dan mereka berdasarkan pengalaman di sebuah kerajaan, dan terjadilah Umpan Benua atau Sedekah Negeri Ini,” pungkasnya.(sus)