Description

Jurnalis Perempuan dan Literasi yang Perlu Diasah

Int

Pontianak, BerkatnewsTV. Berbagai upaya dilakukan untuk membuat perempuan melek dalam berbagai urusan komunikasi gaya baru yang kekinian.

Komunikasi gaya baru ini dikenal dengan media jaringan atau online. Mudahnya, disebut internet.

Mau tidak mau, suka tidak suka, semua elemen harus menyesuaikan model kompilasi jenis ini. Jika dulunya media bersifat konvensional, kini masyarakat disuguhi dengan komunikasi berbagai arah, menarik, inovatif dan cepat.

Siapa penggunanya? Yup, kita. Saya, dan kalian pembaca. Bagaimana dengan pengguna perempuan?

Menurut data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) di tahun 2017, pengguna internet lebih dari 50 persen atau sekitar 143 juta orang dari total penduduk Indonesia 267 juta.

Dari jumlah tersebut, pengguna internet perempuan mencapai 48,57 persen sisanya laki-laki 51,43 persen.

Dari catatan di atas, perempuan pengguna internet sangat tinggi. Era ini ternyata tidak membuat perempuan minder saat harus berhadapan dengan kerumitan tombol aplikasi berbagai rupa.

Catatan tersebut juga sedikit banyak mengungkapkan bahwa perempuan juga membutuhkan banyak informasi. Mulai dari media sosial, keuangan, gaya hidup, olahraga, hiburan, kesehatan hingga urusan dapur.

Cukup gunakan jari dan klik. Anda pun akan disuguhkan berbagai informasi ter update dan pastinya menarik.

Ini pun lantas membuat Jurnalis Perempuan Khatulistiwa (JPK) ambil bagian. Dalam beberapa bulan ini, JPK kerap bersuara dalam berbagai kegiatan bertema perempuan dan internet.

Terbaru, tanggal 23-24 November 2019 mendatang, JPK menggandeng Google News Initiative akan menggelar cek fakta bagi jurnalis perempuan. Tujuan besarnya menurut Ketua JPK Pontianak, Aseanty Pahlevi, membuat jurnalis yang bergelut dengan pemberitaan tidak lost akan fakta dari sumber berita yang beragama saat ini.

Menurutnya, di dunia maya banyak hoaks berseliweran, bahkan media kerap tertipu akan informasi yang setelah diverifikasi runut, faktanya bohong.

“Kita sebagai jurnalis perempuan harus lebih peka, harus sensitif jika ada pemberitaan atau sumber berita awal. Intuisi dan literasi kita harus lebih diasah, dan kegiatan ini untuk lebih mempertajam jurnalis perempuan dalam menyajikan berita akurat,” paparnya.

JPK katanya bukan baru kali ini berhadapan dengan isu digital dan perempuan sebagai penggunanya.

Pada bulan September lalu, JPK bekerjasama dengan Women Will terlibat workshop menarik. Bertema “Digital Marketing For Women” para pengusaha perempuan pemula diajarkan mengenal dan memanfaatkan konten digital yang ada di platform Google.

Bahkan di bulan Maret 2019 lalu, JPK dan SafeNet menggelar Seminar Internet Aman bagi Perempuan.

“JPK akan selalu berkomitmen meningkatkan literasi kaum perempuan. Tidak sebatas jurnalis perempuan saja tapi perempuan yang pastinya mengkonsumsi internet dalam kesehariannya,” ucapnya.(wti)