loading=

Guru Belum Siap Terapkan Teknologi Untuk Proses Belajar Mengajar

Dosen Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Untan, Ikhsanudin. Foto: Rizky

Pontianak, BerkatnewsTV. Kemajuan teknologi yang semakin pesat dapat menjadi tantangan tersendiri bagi para guru untuk terus melek teknologi. Ini bukan tanpa alasan, dengan menjadi guru yang update dengan perkembangan teknologi mampu menghasilkan metode-metode belajar baru yang efektif.

Namun, selama ini, banyak yang beranggapan bahwa teknologi itu berupa mesin atau komputer dan semacamnya. Padahal, menurut Dosen Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Untan yaitu Ikhsanudin, teknologi tidak harus berupa komputer atau mesin.

Menurutnya, teknologi memiliki makna yang luas. Ada teknologi yang tepat guna, teknologi maju, dan teknologi ultra-modern. Teknologi yaitu merekayasa sesuatu seperti merekayasa kegiatan itu sudah teknologi, merekayasa proses belajar mengajar dari langkah langkah tertentu menjadi langkah-langkah yang lain.

“Ketika teknologi itu kita pertimbangkan dengan aspek-aspek pendidikan, kreativitas yang dikaitkan dengan aspek psikologi, budaya dan fasilitas kemudian bisa merekayasa kegiatan baru yang memberikan efek kemudahan untuk hidup manusia itulah yang disebut teknologi,” ujarnya.

Ikhsanudin tidak memungkiri setiap daerah bahkan yang terpencil sekalipun tetap memerlukan teknologi. Hanya kreativitas dalam menggunakan teknologi itu harus benar-benar kontekstual dan otentik.

Ia menjelaskan bahwa teknologi memerlukan kesiapan yaitu kesiapan guru dalam menerima, menggunakan dan menciptakan teknologi. Jika menerima saja tidak mau apalagi mau menggunakan.

“Tetapi terkadang ada beberapa guru yang secara tak sadar sudah menggunakan teknologi. Seperti misalnya guru-guru saya membuat peta globe dari tempurung kelapa, itu sebenarnya teknologi atau lebih tepatnya teknologi tepat guna. Kemudian guru itu menciptakan suasana baru dengan menciptakan diskusi dan kegiatan yang baru itu termasuk dalam teknologi pembelajaran,” jelasnya.

Oleh karena itu, ia berharap guru dapat menerima, menggunakan dan menciptakan teknologi yang mampu membuat proses belajar mengajar lebih aktif dan inovatif.

“Barangkali kita memang terlalu berekspektasi kepada guru sehingga kita berharap sesuatu pada guru yang tidak bisa atau tidak mungkin. Belum tentu mereka tidak punya kemampuan tetapi situasinya tidak sesuai. Oleh karena itu tidak kalah rumit teknologi di daerah pedalaman yaitu bagaimana mereka harus memahami budaya, psikologi dan menciptakan sebuah karya itu diperlukan kreativitas yang tinggi,” tutupnya (riz).