Kubu Raya, BerkatnewsTV. Virus MR tidak pandang bulu untuk menyerang setiap anak. Bahkan, bayi pun kerap menjadi sasaran virus mematikan ini.
Seperti yang dialami Henni Febrianti Koordinator Komunitas Rumah Ramah Rubella Kalbar.
Ia pernah memiliki pengalaman buruk terkait Virus Rubella. Saat itu ia sedang hamil 7 minggu bertemu dengan anak demam terdapat ruam.
“Ketika hamil tujuh minggu saya kena rubella, sebelumnya saya saat hamil itu saya ketemu anak yang kayaknya kena kremut gitu, dia habis demam dan keluar ruam. Selama saya hamil saya pasrah aja, dan memang kedua bayi saya, kebetulan saya hamil kembar, ga ke tolong saat usia 36 minggu meninggal karena gagal jantung,” ungkapnya.
Bahkan diakuinya saat kehamilan berikutnya anak yang ia lahirkan juga mengalami cacat.
“Nah anak kedua saya pun, ternyata kena virus seperti rubella yaitu Cytomegallo virus dan terlahir gangguan dengar, jadi efeknya bahaya sekali. Alhamdulillah anak ketiga dengan perjuangan yang panjang alhamdulillah sehat,” tuturnya.
Ia menyebutkan Rubella sangat berbahaya jika tertular pada ibu hamil, dibandingkan tertular pada anak-anak dan orang dewasa karena jika tertular pada ibu hamil dapat menyebabkan Congenital Rubella Syndrom pada bayi yang dilahirkan.
“Jika tertular pada bayi yang dikhawatirkan terkena Congenital Rubella Syndrom yang 90 persen mengalami kecacatan seperti tuli, katarak mata, jantung bocor, pengapuran otak ada malah yang sampai cerebal palsy,” ujarnya.
Ia mengatakan Rubella ini sangat mudah sekali menyebar karena itu pentingnya vaksin Measles dan Rubella ini.
“Rubella ini penyebarannya bisa melalui udara jadi berpapasan saja bisa menular, yang dikuatirkan itu jika tertular ke ibu hamil dan rata-rata kasusnya seperti itu,” tuturnya.
Di Komunitas Rumah Ramah Rubella diakuinya tidak sedikit yang berkonsultasi terkait MR ini.
“Untuk Kalbar yang sudah sharing ke kita ada sekitar 38 orang. 70 persennya positif Rubella,” ungkapnya.
Komunitas Rumah Ramah Rubella yang terbentuk pada 31 Juli 2018 ini ia harapkan dapat menjadi wadah bagi masyarakat yang memiliki pengalaman buruk terhadap MR.
“Kita sementara ini hanya wadah sharing dan saling menguatkan, sharing tentang penanganan dan terapi, support moril lah,” pungkasnya.
Pengalaman pahit juga menimpa Heni. Bayinya terkena Rubella sejak ia hamil dua minggu. Ketahuannya setelah bayi lahir dilakukan cek darah karena ia melihat mata sang bayi memutih.
Heni harus mengeluarkan biaya hingga puluhan juta. “Sekali cek darah Rp2 jutaan. Terapinya Rp200 ribu dua kali seminggu. Itu selama dua tahun dilakukan,” ungkapnya.
Berkat pengobatan medis yang kontinu dan perawatan telaten akhirnya kondisi bayi Qubi Jayen Insan perlahan mulai membaik.
Belajar pengalaman itu lah PNS Dinas PPAKB Kubu Raya ini mengimbau kepada ibu ibu untuk mengijinkan anaknya disuntik imunisasi MR yang dicanangkan pemerintah saat ini.
“Kita lebih baik mencegah ketimbang berobat dengan biaya mahal hingga puluhan juta. Kalau sekarang ini kan gratis dari pemerintah,” tuturnya.(rob)