OPINI—Seperti yang kita ketahui saat ini, dollar merupakan mata uang prioritas yang digunakan diseluruh kegiatan jual beli ekspor impor di seluruh dunia. Kebanyakan transaksi dilakukan dengan uang dollar dikarenakan keputusan yang diambil oleh sejumlah negara besar saat pertemuan di Bretton Woods untuk membahas patokan nilai uang tukar menjadi dollar Amerika.
Dolar amerika selain menjadi salah stau penjamin mata uang yang reliable, dolar amerika juga berperan menjadi system pembayaran internasional yang memiliki keuntungan flexible exchange rate.
Maksudnya adalah mata uang dolar Amerika bukanlah mata uang yang bersifat “fixed” Ketika dilihat berdasarkan suplai dan permintaan di pasar internasional, melainkan uang dollar memiliki sifat free-floating, yang mana mata uang dollar terfluktuasi tergantung dengan bagaimana permintaan pasar dan kondisi ekonomi dunia pada saat itu.
Akan tetapi, dari alasan tersebut bukan berarti dolar merupakan satu satunya mata uang yang tidak tergantikan. Apabila kita lihat pada saat ini, valuasi mata uang dollar sedikit demi sedikit semakin luntur(Kristalina Georgieva 2023). Terbilang dari tahun 2021 kemarin, terjadi pergeseran bertahap dari valuasi dolar yang memili persentasi cadangan 70% saat ini berkurang menjadi 60%. Oleh karena itu berdasarkan statement dari Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) telah menunjukkan bagaimana penurunan valuasi dolar sebagai mata uang internasional.
Selain itu, beberapa organisasi internasional juga perlahan telah berganti mata uang dari dolar ke mata uang yang lain, seperti contohnya BRICS. BRICS merupakan akronim atau singkatan dari Brazil, Rusia, India, China, dan South Africa (Afrika Selatan). Organisasi ini merupakan bentuk Kerjasama berbagai negara besar agar tidak memiliki ketergantungan dengan negara barat. Dan BRICS saat ini telah mencakup seperempat perekonomian global dan telah menyumbang sebesar seperlima dari semua perdagangan global yang telah dilakukan dari awal BRICS dibentuk.
Organisasi ini telah terbilang cukup sukses untuk menstiumlasi perekonomian global. Salah satunya degan cara meningkatkan pengaruh diranah ekonomi global yang diwujudkan dengan dibangunnya beberapa focus kelembagaan internasional, seperti dibangunya Lembaga keuangan alternatif dari brics, seperti New Development Bank (NDB) dan Contingen Reserve Arrangement (CRA). Kedua Lembaga tersebut befokus untuk meningkatkan stimulasi pertumbuhan ekonomi serta peningkatan kualitas perdagngan dan investasi bagi negara negara anggotanya.
Uniknya, BRICS lebih memilih untuk meningkatkan penggunaan mata uang local dalam setiap transaksi yang dilakukan antar negara anggota BRICS, dan ini bertujuan untuk membantu mengurangi ketergantungan terhadap mata uang asing (USD), yang mana ini memiliki tujuan lain untuk memperkuat stabilitas mata uang local negara anggota BRICS dan meningkatkan kedaulatan ekonomi. Langkah untuk menggunakan mata uang local inipun telah mencapai titik terang saat diadakannya pertemuan KTT BRICS di Afrika Selatan pada Agustus 2023 yang lalu.
Dan hasil dari KTT tersebut adalah antara lain: perluasan keanggotaan yang terdiri dari Saudi Arabia, Iran, Ethiopia, Mesir, Argentina, dan Uni Emirat Arab. Dan dengan perluasan keanggotaan tersebut, ini adalah Langkah yang dinilai cukup tepat untuk meningkatkan perekonomian BRICS mengingat negara anggota BRICS yang “cukup aman” dari PDBnya sendiri hanyalah Tiongkok dan India, sementara negara yang lain seperti Brazil dan Afrika Selatan memiliki tingkat PDB yang cenderung kurang atau negative. Oleh karena itu dengan adanya beberapa negara yang memiliki kemampuan ekonomi yang memadai seperti Saudi Arabia dan Uni Emirat Arab, diharapkan dapat menjadi support system yang kuat untuk meningkatkan performa ekonomi BRICS sendiri.
Namun pada saat ini cara BRICS untuk menggunakan mata uang local dapat dibilang menjadi suatu ancaman bagi eksistensial mata uang dollar sebagai mata uang internasional apabila organisasi tersebut dapat meningkatkan dan mempertahankan valuasi mata uang local yang mereka gunakan, namun mengingat saat ini BRICS juga medapatkan banyak tantangan dalam organisasinya itu sendiri maka Langkah BRICS untuk menggeser mata uang dollar pun terhambat.
Selain itu tantangan yang harus dihadapi untuk mengkontestasi mata uang dollar sendiri juga sangat besar, mengingat saat ini mata uang internasional yang dipakai untuk segala transaksi seperti kontrak internasional, perdagangan, dan cadangan devisa dunia menggunakan dollar, hal ini menciptakan sebuah bentuk ketergantungan yang sangat besar terhadap mata uang dollar itu sendiri. Dollar juga memiliki tingkat stabilitas yang sangat tinggi walau terkadang dollar menghadapi fluktuasi nilai tukar, namun nilai mata uang dollar terbilang masih sangat stabil dibandingkan nilai mata uang lainnya yang kemudian mempengaruhi investor untuk melakukan transaksi yang aman dan stabil.
Selain tantangan dari dollar sendiri, BRICS juga masih memiliki banyak tantangan di bidang internal, yang mana mayoritas permasalahannya dating dari penggunaan mata uang local sebagai alat transaksi, dikarenakan BRICS menggunakan mata uang non dollar sebagai alat transaksinya, maka kemungkinan untuk terjadi inflasi yang tinggi dapat terjadi kapan saja, dan juga diluar permasalahan teknis nilai tukar, terdapat permasalahan kepentingan dan tantangan ekonomi yang berbeda beda yang saat ini dihadapi oleh negara anggota BRICS itu sendiri yang nantinya menimbulkan kemungkinan terdapatnya konflik kepentingan serta miskomunikasi.
Akan tetapi Langkah ambisius BRICS untuk menggantikan mata uang dolar bukannya mustahil untuk diwujudkan, namun dengan komitmen jangka Panjang, koordinasi dan integrasi yang efektif antar negara anggota, serta perluasan Kerjasama yang lebih luas dapat menjadi factor penggerak keberhasilan BRICS itu sendiri untuk melakukan kontestasi terhadap mata uang Dollar.
Penulis:
Amirah Nada Mawaddah
Mahasiswa Prodi Hubungan Internasional
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya
Universitas Islam Indonesia Jogjakarta
NIM : 21323090