Hoax Pemilu di Kalbar Lebih Ringan Dibandingkan Pilkada 

Ketua Mafindo Kalbar saat memberikan pemahaman kepada mahasiswa yang hadir dalam FGD Mafindo tentang bagaimana mendeteksi dan mengetahui sesuatu berita hoax. Foto: Ico

Pontianak, BerkatnewsTV. Ketua Mafindo Kalbar, Edho Sinaga mengatakan bahwa berita hoak di Kalbar saat ini masih masuk dalam episentrum atau titik yang belum terlalu luas dan posisinya lebih ringan dibandingkan pilkada serentak kemarin.

Tapi yang jadi persoalan adalah banyak hoaks yang muncul menyudutkan obyek tertentu apalagi salah satu media daerah yang memuat informasi yang dipelintir.

“Seperti dalam informasi itu menyebutkan kemungkinan atau prediksi yang menggantikan Ma’aruf Amin adalah Ahok dan Ahok akan menjadi presiden dan wakilnya adalah Harry Tanoe. Itu menyudutkan etnis saudara kita Tionghoa,” tegasnya, Minggu (24/2).

Polarisasi itu yang dipakai oleh orang-orang tertentu dan muncul menurut catatan Hoax Crisis Center (HCC) dan Mafindo. Serta sudah dijadikan status yang mengundang kebencian orang-orang yang membaca status itu untuk menyudutkan salah satu etnis di Kalbar.

“Saya mengajak masyarakat Kalbar sebelum disebar informasi tersebut, baca dulu apakah informasi itu menyudutkan atau tidak. Coba diklarifikasi di media benar atau media yang sudah diverifikasi dewan pers,” lanjutnya.

Menurut analisis Mafindo dan HCC yang harus dilakukan pemerintah khususnya kepolisian adalah memberikan pelatihan kepada masyarakat seperti yang dilakukan dalam acara ini.

Dengan tujuan supaya masyarakat bisa mengenali sejumlah informasi itu bohong atau tidak. Karena selama ini masyarakat menurut catatan Mafindo lebih mempercayai media sosial ketimbang informasi dari media terverifikasi.

“Contoh isu gempuran TKA cina yang berada di beberapa daerah termasuk Kalbar itu dipelintir. Ada juga disebutkan paslon diberikan peluang sebesar-besarnya untuk memimpin itu yang coba dipolarisasi untuk menyudutkan sesuatu pihak,” tambahnya.

Sekarang yang paling laku hanya dua isu di nasional yakni isu politik dan ekonomi. Politik itu dibungkus dengan isu agama. Tetapi agama saat ini sudah mulai berkurang karena paslon 01 sudah menggunakan ulama dan paslon 02 juga didukung ulama.

“Akhirnya pembuat hoaks berpikir bagaimanapun mulai dari isu etnis kita. Dan itu yang terjadi. Masyarakat harus cerna betul-betul tidak hanya judul. Jangan sekali-kali mengambil informasi dari media sosial. Kebanyakan hoax dan berkembang hingga pilpres usai,” pungkasnya. (ico)