loading=

Demi Beras Sang Ibu, Iwan Rela Berjualan Dengan Cara Ngesot

Kondisi fisik yang terbatas tak menyurutkan Iwan (28) untuk terus mengais rejeki. Ia terpaksa harus berkeliling dari satu tempat ke tempat lain untuk berjualan buah salak dengan cara ngesot
Kondisi fisik yang terbatas tak menyurutkan Iwan (28) untuk terus mengais rejeki. Ia terpaksa harus berkeliling dari satu tempat ke tempat lain untuk berjualan buah salak dengan cara ngesot. Foto: pek

Sanggau, BerkatnewsTV. Kondisi fisik yang terbatas tak menyurutkan Iwan (28) untuk terus mengais rejeki. Ia terpaksa harus berkeliling dari satu tempat ke tempat lain untuk berjualan buah salak.

Meskipun berjalan dengan cara ngesot, tak membuat penyandang disabilitas ini patah semangat. Ia justru lebih giat berjualan agar dagangannya laris manis. Dan agar lututnya tidak terasa sakit ia lapis dengan kain tebal.

Kerja keras Iwan tidak lain tidak bukan yakni demi membelikan beras ibundanya di rumah. Apalagi, Iwan merupakan anak tunggal.

“Dari pagi saya jualan keliling,” katanya saat ditemui sedang menjajakan buah salak, Senin (1/8).

Baca Juga:

Warga Kelurahan Beringin Kecamatan Kapuas ini mengaku tak mau menyerah begitu saja dengan kondisi tubuhnya yang terbatas.

Demi sang ibu, ia rela berjualan setiap hari keliling kota Sanggau yang dilakoninya hampir enam tahun.

“Ibu saya tinggal sendiri di kampung bang, saya anak satu-satunya. Jadi sayalah yang bantu ibu memenuhi kebutuhannya, meskipun ndak banyak,” ujarnya.

Iwan mengaku setiap hari bisa membawa 15 Kg buah salak yang digantungkan di lehernya tanpa merasa lelah.

“Sudah biasa bawa sebanyak ini tiap hari. Saya hanya ngambil upah Rp5 ribu per kantong. Alhamdulillah cukuplah untuk beli beras buat ibu di Kampung,” ungkap pria yang indekos di Kelurahan Beringin itu.

Meski mengaku tidak pernah mengenyam dunia pendidikan, tapi semangat Iwan dalam mengais rejeki dengan kondisi fisik yang sangat terbatas patutlah menjadi contoh bagi kita semua yang sehat secara fisik.(pek)