Pontianak, BerkatnewsTV. Kalbar patut berbangga lantaran hasil kerajinan tangannya yakni kain tenun khas Kalbar telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB).
Keempat kain tenun itu yakni Tenun Ikat Sintang, Songket Sambas, Tenun Tumpang Ilong, dan Corak Insang. Sementara Tenun Kebat dan Sidan akan terus diperjuangkan untuk mendapatkan pengakuan serupa.
“Lihatlah tenun asli daerah kita, luar biasa cantik. Itu adalah warisan budaya, mahakarya yang tak ternilai. Semua itu warisan leluhur kita yang wajib kita jaga dan lestarikan,” kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalbar, Rita Hastarita saat Peringatan Hari Tenun Nasional dan Anugerah Kebudayaan, Sabtu (7/9).
Rita juga menyoroti perkembangan kain tenun Kalbar yang kini tidak hanya dikenal di tingkat nasional, tetapi juga sudah merambah pasar internasional. Namun, ia mengkhawatirkan menurunnya jumlah penenun tradisional di daerah tersebut.
“Bahkan, ada yang tersisa satu penenun, itu pun sudah tua,” ungkapnya.
Sebagai solusi, Rita menyebutkan adanya sekolah menengah kejuruan (SMK) yang membuka jurusan menenun, meski peminatnya masih sedikit. Diharapkan lebih banyak masyarakat terlibat dalam pelestarian warisan ini.
Baca Juga:
“Kita mengajak semua lapisan masyarakat mempromosikan kain tenun agar warisan leluhur ini tidak punah atau hilang ditelan zaman,” imbuhnya.
Direktur Yayasan Pelestari Ragam Hayati dan Cipta Fondasi (PRCF) Indonesia, Imanul Huda menjelaskan bagaimana peringatan Hari Tenun Nasional menjadi momen penting bagi yayasannya, yang selama 25 tahun, sejak 1999, telah menginisiasi restorasi dan revitalisasi tenun ikat Dayak.
“Pada saat itu, kami mengumpulkan para penenun dari komunitas Dayak di berbagai kampung di Kabupaten Sintang dan mendokumentasikan pengetahuan serta cerita-cerita terkait dengan tenun ikat,” ujarnya.
Ia melanjutkan bahwa tahap selanjutnya adalah mempertemukan penenun lintas generasi agar penenun tua dapat mentransfer pengetahuan kepada generasi muda. Proses pendampingan ini berkembang hingga mencakup komunitas Dayak Mualang di Sekadau dan Dayak Iban di Kapuas Hulu.
“Banyak tantangan yang kami hadapi, tetapi melihat apresiasi yang ada saat ini, tentu kami sangat bahagia,” tambahnya.
Seminar ini menghadirkan narasumber dari berbagai kalangan, seperti Rita Hastarita, Wahdina dari Fakultas Kehutanan Untan, pelaku seni budaya Gusti Hendra Pratama, dan desainer Uke Tugimin.
Di tempat yang sama, dipamerkan kain tenun khas dari berbagai daerah Kalbar, dan pada malam harinya akan digelar fashion show untuk memperagakan kain-kain tersebut.(tmB)