Kubu Raya, BerkatnewsTV. Buah hutan dari pedalaman Kalimantan Barat yang satu ini sudah sulit dijumpai di pasaran. Namun para penggemar bisa menjumpainya di tepi Jalan Arteri Supadio Kubu Raya.
Adalah Alin kakek berusia 79 tahun asal Menjalin Kabupaten Landak konsisten melestarikan manisan legendaris ini secara turun menurun sejak tahun 1949.
Ditangan Alin, berhasil mengolahnya menjadi manisan namun tidak menghilangkan asam pekat ciri khas dari rasa. Apalagi dijual dengan kemasan yang menarik. Cuan yang didapat pun cukup lumayan untuk kebutuhan sehari-hari.
“Saya mulai jualan manisan di sini sejak tahun 2002. Ini asli buatan tangan saya sendiri. Tentu resepnya turun temurun dari peninggalan ayah dan nenek moyang saya,” kata Alin ditemui BerkatnewsTV, Rabu (3/8).
Dia mengatakan, mulai turun dari rumahnya di kawasan Siantan Pontianak Utara sekitar pukul 07.00 wib dan pulang pukul 17.30 wib. Khusus Minggu, dia akan berjualan mulai pukul 09.00 wib.
“Ini merupakan salah satu manisan yang sulit ditemukan, biasa orang menyebutnya asam paya, dari buah maram yang merupakan buah endemik khas Kalbar, di sini saya menjual manisannya dan buah utuh, selain dijadikan manisan bisa juga dijadikan makanan tumis, dicampur ikan teri atau udang,” bebernya.
Baca Juga:
- Diusia Tua Kakek Alfian tak Surut Mencari Rejeki
- Mengolah Barang Bekas Menjadi Kerajinan Bernilai Ekonomis
Dia mengatakan, proses produksi manisan ini memang membutuhkan waktu yang cukup lama agar bisa menciptakan cita rasa murni seperti yang dibuat nenek moyangnya.
Proses membuat manisan bisa memakan waktu 3-7 hari. Karena itu, dia mengaku selalu memproduksi manisan setiap hari agar bisa memiliki persediaan untuk dijual hari ini dan seterusnya.
“Kalau manisan basah memang memakan waktu seminggu. Saya tiap hari buat, kan prosesnya lama jadi buat stok juga. Kemudian manisan ini bahannya alami semua, ndak pakai pengawet sama sekali,” jelasnya.
Dia juga mengaku mulai kesulitan mencari buah maram. Sebab, dikarenakan mencarinya harus ke tengah hutan atau pun terlebih dahulu memesan pada orang di kampung. Bahkan buah maram merupakan yang menjadi salah satu andalan manisan khas Kalbar.
Sementara untuk harganya bervariasi, ukuran kantong kecil Rp20 ribu, kantong ukuran sedang Rp40 ribu dan kantong besar Rp80 ribu.
Manisan buah warisan nenek moyangnya ini tidak punah di tangannya, Alin juga telah menurunkan resep manisannya ke anak-anaknya.
“Memang dari orang tua saya dulu berpesan agar manisan buatan kami ini tetap ada dan tidak punah, atau tetap bisa lestari. Resep-resepnya juga kami jaga turun temurun. Mudah-mudahan manisan ini akan tetap ada hingga nanti. Saya juga akan berjualan sampai semampu saya,” ujarnya.(tom)