Pontianak, BerkatnewsTV. Pertumbuhan ekonomi Kalbar tahun 2023 sebesar 4,46 % (C to C) dibawah angka pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,05% (C to C).
Pertumbuhan ekonomi Kalbar yang lebih rendah dibanding nasional lebih disebabkan oleh larangan ekspor bahan mentah pertambangan (bauksit dan nikel).
Namun Plh Sekda Kalbar, Alfian Salam yakin jika smelter yang saat ini sedang dibangun dan sudah beroperasi maka akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi Kalbar.
Sektor yang memberikan kontribusi pertumbuhan tertinggi pada triwulan IV 2023 berdasarkan PDRB Lapangan Usaha di Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, Pengadaan Listrik dan Gas serta Jasa Lainnya.
Sedangka sektor pertumbuhan terendah berada di Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Pertanian, Kehutanan dan Perikanan serta Industri Pengolahan.
“Pertumbuhan ekonomi triwulan IV Tahun 2023 ini masih lebih rendah 0,61 poin dibandingkan periode yang sama di tahun 2022 sebesar 5,07%, terangnya.
Dari sisi penerimaan, kontribusi lapangan usaha pada pertumbuhan ekonomi masih didominasi lapangan usaha pertanian, industri, perdagangan dan konstruksi sedangkan dari sisi pengeluaran didorong oleh konsumsi rumah tangga, PMTB dan ekspor.
Adanya Pelabuhan Internasional Kijing diharapkan dapat menumbuhkan sentra-sentra ekonomi di Kalbar dan menjadi peluang investasi.
Meskipun operasionalnya belum optimal karena belum menjadi terminal peti kemas namun saat ini pertumbuhan transaksi terus menunjukkan tren positif menyesuaikan permintaan pasar.
Baca Juga:
Alfian beberkan itu saat menerima kunjungan misi Dagang Delegasi Federation Of Malaysian Manufacturers (FMM) di Kantor Gubernur Kalbar, Jumat (8/3).
Ia sebutkan saat ini secara global, hampir setiap negara dihantui dengan perlambatan ekonomi, bencana alam/cuaca ekstrem, kekurangan pasokan energi dan pengangguran, bahkan sejak 2010 sudah dimulai gejala Deindustrialisasi dan De-Investasi, walaupun Kalbar belum merasakan puncak kejayaan industrialisasi/manufaktur tersebut.
Dalam berbagai diskusi tentang manufaktur, pada kenyataannya tidak semua produk turunan sumber daya alam utama Kalbar, pabriknya berada di Kalbar/diproduksi di Kalbar.
“Isu ini sudah seringkali kami sampaikan pada pertemuan-pertemuan resmi di tingkat nasional, yakni kebutuhan akan dukungan penuh dari Pemerintah Pusat,” terangnya.
Melimpahnya sumber daya alam Kalbar memberi keuntungan sekaligus tantangan bagi pertumbuhan sektor manufaktur yang stagnan selama lebih dari 12 tahun terakhir.(tmB)