Smelter Alumina Bauksit di Kalbar Mengurangi Ketergantungan Impor

Smelter Alumina Bauksit di Kalbar merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang menjadi perhatian khusus Presiden RI Joko Widodo. Jokowi meninjau secara detail progres pembangunan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) yang terletak di Kabupaten Mempawah, Rabu (20/3). Foto: ist/tmB
Smelter Alumina Bauksit di Kalbar merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang menjadi perhatian khusus Presiden RI Joko Widodo. Jokowi meninjau secara detail progres pembangunan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) yang terletak di Kabupaten Mempawah, Rabu (20/3). Foto: ist/tmB

Mempawah, BerkatnewsTV. Smelter Alumina Bauksit di Kalbar merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang menjadi perhatian khusus Presiden RI Joko Widodo.

Setelah meninjau Pasar Sebukit Rama, Jokowi meninjau secara detail progres pembangunan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) yang terletak di Kabupaten Mempawah, Rabu (20/3).

Smelter ini diperkirakan bakal rampung pada Juni 2024 berdasarkan hasil verifikasi terakhir tim investasi dan kementerian terkait yang telah mencapai 85 persen.

Jokowi menilai proyek smelter ini adalah untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor alumina. Sehingga nantinya alumina yang diproduksi di SGAR akan dikirim ke Kuala Tanjung untuk diolah menjadi aluminium.

“Kita masuk ke bauksit di sini, karena biji bauksit yang paling banyak itu memang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Saya kira ini akan menjadi substitusi impor sehingga devisa kita tidak keluar, bisa menyimpan devisa lebih banyak lagi,” jelasnya.

Karenanya, Jokowi berharap proyek SGAR sudah akan dapat beroperasi penuh pada awal tahun 2025.

Jokowi menambahkan visi integrasi industri ini dengan sektor lainnya, seperti pembuatan komponen kendaraan listrik, yang akan melibatkan bahan baku nikel dan tembaga.

“Ini adalah pekerjaan besar, ekosistem besar yang mau kita bangun ini. Body-nya mungkin dari aluminium, kemudian ev battery-nya dari nikel masuk, yang untuk apa tembaganya untuk komponen-komponen yang lain, kabel, dan lain-lain jadi satu terintegrasi,” ucapnya.

Sedangkan terkait upaya percepatan pembangunan smelter, Presiden menegaskan bahwa proyek ini adalah bagian dari rencana yang sudah berjalan, dengan nikel dan tembaga sebagai komponen yang juga sedang dikembangkan.

“Itu yang kita harapkan sehingga semuanya efisien, barangnya kompetitif, bisa bersaing dengan barang-barang dari negara lain. Golnya ke sana,” pungkasnya.

Baca Juga:

Pembangunan smelter Alumina Bauksit di Kalbar ini merupakan antara Indonesia dengan Cina. Tiga perusahaan besar membentuk join venture (patungan) yakni PT Aneka Tambang (Antam), PT Inalum dan China Aluminium Company (Chinalco).

Lokasinya di Bukit Batu. Sekitar delapan kilometer dari Pelabuhan Kijing. Kapasitas smelter ini hingga 1 juta ton.

Sekadar informasi, investasi yang dibutuhkan mencapai $850 juta atau Rp11,9 triliun (kurs Rp14 ribu) pada tahun 2018. Tenaga kerja yang dibutuhkan diperkirakan mencapai 1.000 orang.

Chinalco disebutkan bersedia memberikan akses pasar internasional untuk 500 ribu ton alumina per tahun hasil produksi dari pabrik tersebut. Chinalco tercatat memproduksi 60 persen aluminium dunia atau produsen ketiga terbesar di dunia.

Bukit Batu sebuah desa di Kecamatan Sui Kunyit yang juga merupakan lokasi Pelabuhan Internasional Kijing. Sementara potensi bauksit di Mempawah diperkirakan 84,6 juta ton.

Pabrik smelter di Mempawah akan menjadi terbesar kedua setelah smelter yang dibangun PT Well Harvest Winning (WHW) Alumina Refinery di Ketapang yang menelan investasi US$ 1 miliar dengan kapasitas produksi 2 juta ton per tahun.(tmB/rob)