Kalbar Potensi Radiasi Matahari Untuk PLTS Atap

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap yang dibangun di salah mal yang ada di Kubu Raya. Saat ini pembangunan PLTS atap di Kalbar berdasarkan data tahun 2023 telah terbangun sebanyak 32 unit yang bersumber dari APBN dan mandiri, dengan total kapasitas terpasang sebesar 3,460 MWp dan diharapkan kapasitas terpasang ini akan terus meningkat.
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap yang dibangun di salah mal yang ada di Kubu Raya. Saat ini pembangunan PLTS atap di Kalbar berdasarkan data tahun 2023 telah terbangun sebanyak 32 unit yang bersumber dari APBN dan mandiri, dengan total kapasitas terpasang sebesar 3,460 MWp dan diharapkan kapasitas terpasang ini akan terus meningkat. Foto: tmB

Kubu Raya, BerkatnewsTV. Kalbar diyakini memiliki potensi radiasi matahari untuk pembangunan PLTS Atap. Mengingat Kalbar merupakan daerah dilintasi garis khatulistiwa.

Menurut Plh Sekda Kalbar Ignasius IK, Kalimantan Barat dengan iklim tropisnya yang hangat dan cahaya matahari melimpah sepanjang tahun, memiliki potensi radiasi matahari yang signifikan untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik melalui Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap.

“Saat ini teknologi PLTS Atap terus berkembang dan berinovasi cepat seiring dengan kebutuhan energi listrik bersih yang semakin besar. Tentu teknologi ini telah dimanfaatkan oleh banyak pihak,” ujarnya, Kamis (26/10).

Ia sebutkan pembangunan PLTS atap di Kalbar berdasarkan data tahun 2023 telah terbangun sebanyak 32 unit yang bersumber dari APBN dan mandiri, dengan total kapasitas terpasang sebesar 3,460 MWp dan diharapkan kapasitas terpasang ini akan terus meningkat.

“Pembangunan PLTS Atap ini untuk meningkatkan bauran energi baru terbarukan sebagaimana telah diatur dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN),” jelasnya.

Menurut Ignatius, adanya pihak swasta membangun PLTS Atap bentuk dari turut berkontribusi dalam penyediaan energi listrik melalui pemanfaatan energi terbarukan yang bersih dan berkelanjutan.

Baca Juga:

“Ini merupakan respon pemerintah dan kita semua atas tantangan lingkungan, ekonomi, dan sosial yang dihadapi dunia saat ini, termasuk perubahan iklim, polusi udara, ketergantungan pada energi impor, serta ketidaksetaraan akses terhadap energi. Hal ini sudah menjadi agenda Nasional melalui percepatan transisi energi untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) atau Nol Emisi Karbon paling lambat tercapai di tahun 2060,” ujarnya.

Apalagi sambung Ignatius, transisi energi adalah peralihan dari penggunaan sumber energi konvensional, terutama bahan bakar fosil, ke sumber energi yang lebih bersih, terbarukan, dan berkelanjutan.

Dalam mencapai Net Zero Emission (NZE), di mana emisi karbon yang dihasilkan seimbang dengan jumlah karbon yang diserap atau dihilangkan dari atmosfer tentunya memiliki tantangan dan hambatan ke depan yang akan dihadapi.

Namun, dirinya tetap optimis Indonesia mampu menjalankannya mengingat, potensi energi terbarukan yang dimiliki sangat besar dalam rangka percepatan transisi energi ini, potensi energi yang dimaksud salah satunya adalah energi matahari.(tmB)