SiAP Sekolah Untuk Turunkan Angka Anak Putus Sekolah

Sekda Sanggau Kukuh Triyatmaka didampingi Kepala Dinas Dikbud Sanggau saat launching aplikasi SiAP Sekolah yang diyakini dapat menurunkan angka anak putus sekolah di Sanggau, Senin (23/10)
Sekda Sanggau Kukuh Triyatmaka didampingi Kepala Dinas Dikbud Sanggau saat launching aplikasi SiAP Sekolah yang diyakini dapat menurunkan angka anak putus sekolah di Sanggau, Senin (23/10). Foto: pek

Sanggau, BerkatnewsTV. Aplikasi Sistem Informasi Anak Putus Sekolah (SiAP Sekolah) yang diyakini menjadi salah satu cara untuk menurunkan angka anak putus sekolah di Sanggau.

Menurut Sekda Sanggau Kukuh Triyatmaka aplikasi ini merupakan tonggak penting upaya pemerintah daerah mengindentifikasi anak-anak yang terpinggirkan dari sistem pendidikan atau istilah lain putus sekolah.

Kukuh meyakini, aplikasi ini akan membantu beberapa hal, diantaranya mengidentifikasi anak-anak putus sekolah by name by adreasnya dan memungkinkan Pemda melacak perkembangan anak yang telah kembali ke sekolah.

“Dari situ kita dapat memastikan bahwa mereka mendapatkan dukungan untuk tetap berada didalam sistem pendidikan,” terangnya.

Ketiga, memungkinkan Pemda mengukur program yang sudah diterapkan.

“Tentunya dengan data yang lebih baik kita dapat mengevaluasi apa yang sudah berhasil dan apa yang belum,” ujarnya.

Baca Juga:

Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sanggau, Alipius menyebutkan IPM Sanggau pada tahun 2022 berada di posisi ke-10 dari 14 kabupaten/ kota di Kalbar yakni 66,91 persen.

Angka ini menurutnya dipengaruhi sektor pendidikan yang menjadi urusan wajib dimana. angka harapan lamanya sekolah yang tercatat hanya 11,61 dan lamanya sekolah 7,41.

“Dalam RPJMD yang ditetapkan pemerintah daerah, angka anak putus sekolah tingkat SD ditargetkan 0,03 persen, sementara ditingkat SMP 0,4 persen, tetapi sampai hari ini realisasi anaj putus sekolah tingkat SD 0,32 persen dan SMP 1 persen. Jadi, antara target dehgan realisasi masih terpaut cukup jauh sehingga ini menjadi tugas kita agar bisa mencapai target RPJMD,” ungkapnya.

Mantan Kepala Dinas PMPTSP itu juga membeberkan alasan anak putus sekolah. Antara lain dua faktor yakni eksternal dan internal.

Faktor eksternalnya adalah masalah ekonomi atau kemiskinan, kemudian masalah pengaruh atau dilarang orang tua, masalah sosial, budaya dan pengaruh lingkungan serta masalah aksesibilitas yang terbatas.

Faktor internalnya yakni malas sekolah lebih memilih bekerja, pernah dibuly dan rendah diri, masalah kesehatan dan terakhir masalah menikah diusia dini.

Alipius menyebut, permasalahan anak putus sekolah merupakan permasalahan yang komplek dan saling keterkaitan antara satu dengan yang lainnya.

“Maka penanganannya tidak bisa hanya dilakukan oleh Dikbud saja namun melibatkan stakeholder terkait lainnya dalam membangun kolaborasi dan kerjasama lintas sektoral,” pungkasnya.(pek)