loading=

Tradisi Saprahan yang Tak Lekang Waktu. Menurut Rusman Ali Ini Makna

Dalam rangka memeriahkan HUT ke-11 Kabupaten Kubu Raya, pemkab menggelar tradisi saprahan pada Kamis (12/7) yang masih tetap dilestarikan dan dipertahakan sebagai adat budaya Melayu. Foto: Robby

Kubu Raya, BerkatnewsTV. Saprahan, merupakan tata cara makan ala tradisional masyarakat Melayu yang digelar dalam berbagai kegiatan di Kalbar.

Setiap orang yang makan duduk bersila memanjang saling berhadapan dipisahkan oleh sap kain, tempat untuk meletakan peralatan dan menu makanan.

Tradisi budaya saprahan ini menurut Bupati Kubu Raya Rusman Ali mengandung sejumlah makna dalam kehidupan bermasyarakat.

“Selain mempererat tali silaturahmi juga kekeluargaan. Kita saling mengenal satu sama lain. Yang tak kenal menjadi kenal, yang sudah kenal semakin akrab,” katanya.

Apalagi disebutkan Rusman Ali saprahan ini bukan diatas meja makan namun dibawah. Artinya bahwa berdiri sama tinggi, duduk sama rendah dan baring sama rata.

“Ini lah toleransi kehidupan bermasyarakat dalam bingkai NKRI,” ucapnya.

Kepala Dinas Parawisata, Pemuda dan Olahraga Kubu Raya Cicilia Agustina mengatakan, pihaknya terus memasyarakatkan saprahan ini agar lebih dikenal masyarakat luas.

“Saprahan ini merupakan budaya yang harus dilestarikan. Tidak hanya budaya lain yang harus dikenal tetapi budaya saprahan ini juga harus dikenal,” terangnya.

Memeriahkan HUT ke-11 Kubu Raya, Cicilia menyebutkan, pihaknya banyak menampilkan kegiatan dan memperkenalkan kemasyarakat luas.

“Seperti program nasional pemilihan Putri Pawisata, Gema seni dan budaya. Tujuannya kedepan lebih dikenal masyarakat luas, tidak hanya di Kubu Raya tetapi juga di dunia internasional,”harapnya.(rob)