LSM Tunas Batas Entikong Lahirkan Atlet Nasionalisme dari Batas Negeri

LSM Tunas Batas Entikong yang telah berhasil melahirkan dan mencetak atlet-atlet berbakat tenis meja dari anak dan remaja yang berasal dari kawasan perbatasan RI - Malaysia
LSM Tunas Batas Entikong yang telah berhasil melahirkan dan mencetak atlet-atlet berbakat tenis meja dari anak dan remaja yang berasal dari kawasan perbatasan RI - Malaysia. Foto: ist/tmB

Sanggau, BerkatnewsTV. Kawasan perbatasan RI – Malaysia di Entikong paling rentan terhadap tindak kejahatan transnasional yang dilakukan anak dan remaja. Namun, pelan tapi pasti LSM Tunas Batas Entikong mencoba untuk membimbing dan membina anak dan remaja agar tidak terjerumus dalam lubang kejahatan.

Alhasil, LSM Tunas Batas telah melahirkan atlet berbakat dari cabang olahraga tenis meja yang berasal dari anak-anak Entikong.

Berdirinya LSM ini bermula dari kekhawatiran beberapa orang tokoh pemuda di perbatasan atas kenakalan remaja yang mengarah kepada tindak pidana peredaran narkoba hingga ancaman prilaku menyimpang lainnya yang dilakoni generasi muda perbatasan.

Ketua LSM Tunas Batas Entikong, Joko Witono menyampaikan, berdirinya LSM ini dilatar belakangi tiga hal, yakni pengembangan olahraga, peningkatan rasa nasionalisme dan pengembangan SDM pemuda pemudi perbatasan Entikong.

“Terlebih perbatasan ini adalah pintu masuk antara negara Malaysia dengan Indonesia dengan tiga ratus lebih jalur tikus antar kedua negara sehingga sangat rawan terjadi tindak pidana terutama narkoba. Nah, anak-anak diperbatasan kami ajak bergabung agar mereka bisa fokus mengembangkan diri sehingga melupakan hal-hal yang melanggar hukum,” kata Joko Witono, Minggu (29/10).

“Kita ingin generasi muda perbatasan yang merupakan masa depan bangsa tumbuh menjadi generasi milenial yang cerdas, sehat dan berwawasan kebangsaan yang kokoh sebagai modal menghadapi tantangan arus globalisasi dengan nilai positif dan negatifnya,” sambung dia.

Perjuangan jatuh bangun mendirikan LSM ini sudah dirasakan pemuda kelahiran Kediri 1970 itu. Tidak mudah memang mengajak anak-anak muda di perbatasan untuk bergabung di tengah pesatnya teknologi digital yang melahirkan berbagai produk handphone berbagai merek.

Namun, dengan kesabaran dan semangat yang tinggi akhirnya kini mampu bertahan hingga hari ini memiliki 35 atlet tenis meja berprestasi.

“Kami punya atlet muda yang berprestasi. Setiap even pertandingan tingkat kabupaten, provinsi, dan nasional, bahkan sampai ke luar negeri di Malaysia kami selalu mengirim atlet kami. Alhamdulilah, atlet kami bernama Daffa kemarin juara pertama usia 12 tahun tingkat provinsi. Saat ini Daffa melanjutkan sekolah tenis meja di salah satu club ternama di Jawa Timur,” ungkapnya.

Meski minum dukungan pemerintah maupun pihak swasta lainnya, Joko optimis mampu membesarkan LSM ini. Ia mengaku tak patah arang mengajak anak-anak di perbatasan untuk bergabung, tumbuh dan berprestasi bersama.

“Sambil berolahraga, semangat nasionalisme tetap kami sampaikan ke anak-anak kami. Inilah yang menyebabkan LSM ini mampu bertahan keberadaanya sampai hari ini,” pungkas Joko. (pek)