Kubu Raya, BerkatnewsTV. Sebagai daerah yang memiliki 200,93 ribu hektare lahan gambut, menjadi atensi Pemkab Kubu Raya untuk merubah mindset gambut menjadi lahan yang ramah terhadap perkebunan bernilai ekonomi.
Bupati Kubu Raya Muda Mahendrawan mengatakan mengenalkan tata kelola tanah gambut baik dan benar, dalam menjaga rendahnya karbon demi untuk kualitas udara yang masih alami kepada usia dini khususnya murid SD dan SMP akan menumbuhkan kesadarannya dalam merawat iklim.
“Yang biasanya dilakukan oleh Kampus, NGO, dan pemerhati lainnya, akan sulit terjangkau karena jarak daerah di Kubu Raya ini terpisah-pisah. Makanya kita bangun system dalam muatan lokal, sehingga menjadi paradigma disetiap rumah tangga,” ucapnya ditemui usai membuka Bimtek Muatan Lokal Hidup Gambut dan Mangrove di Gardenia Sungai Raya, Kamis (4/8).
Lebih jauh sebutnya Pemkab Kubu Raya tetap membuka peluang investasi namun tetap menjaga keseimbangan alam. Menurutnya untuk menggerakkan perekonomian memang memerlukan investor, namun tidak melepas melestarikan tanah gambut serta hutan mangrove dengan melibatkan masyarakat sekitar kawasan tersebut.
“Menjaga keseimbangan ini memerlukan masyarakat luas melalui rumah tangga-rumah tangga yang memang berada diarea gambut dan mangrove,” jelasnya.
Baca Juga:
- Tahun Ajaran Baru Gambut dan Mangrove Dikenalkan di Sekolah
- Guru Diajarkan Mapel Mulok Gambut dan Mangrove
Sementara, Kepala Disdikbud Kubu Raya, M. Ayub menjelaskan kearifan lokal di Kubu Raya terkenal dengan gambut dan mangrove karena itulah pihaknya mengenalkan lebih mendalam kepada tenaga pendidik disatuan pendidikan jenjang SD dan SMP yang turut melibatkan dengan ICRAF Indonesia.
“Muatan lokal ini akan berintegrasi dengan mata pelajaran lainnya, jadi sifatnya tematik. Sehingga hal-hal yang menyangkut gambut dan mangrove ini, bisa ditemukan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, IPS, IPA dan bahkan dikesenian berbentuk lagu maupun puisi,” ungkapnya.
Koordinator Provinsi Kalimantan Barat, ICRAF Indonesia Happy Hendrawan menuturkan sejatinya penyadartahuan tentang gambut dan mangrove dimulai diusai dini. Pendidikan menjadi salahsatu pilihan dalam menerapkan hal tersebut.
“Kami memutuskan untuk tingkat SD dan SMP. Itu dimulai dari kelas empat, lima dan enam. Sedangkan SMP semuanya. Dengan demikian penyadartahuan diusia dini ini penting yang diharapkan ada interaksi ilmu pengetahuan anak dengan orangtua tentang tata kelola gambut, bahayanya karhutla dan lain-lain,” imbuhnya. (dian)