Kapuas Hulu, BerkatnewsTV. Banyak anak-anak perbatasan di Kapuas Hulu memilih sekolah di Malaysia dengan alasan mutu pendidikan negeri seberang lebih baik, pendidikan di perbatasan minim serta jarak menuju negeri Malaysia lebih dekat.
Namun sayangnya usai menyelesaikan pendidikan di Malaysia, anak-anak perbatasan kesulitan mendapatkan pekerjaan di dalam negeri.
Peluang kerja bagi anak-anak perbatasan yang menempuh pendidikan di luar negeri khususnya Malaysia tampaknya perlu dipikirkan kembali oleh pemerintah Indonesia.
Pasalnya anak-anak perbatasan yang banyak memilih sekolah diluar negeri tersebut menghadapi masalah baru yakni mereka kesulitan mendapatkan pekerjaan usai menyelesaikan pendidikan di Malaysia.
“Anak bangsa Indonesia yang belajar di Malaysia itu , mulai dari TK hingga SMA memang ada tamatan dari negeri seberang. Tetapi hasil pendidikan mereka (Ijazah) tidak diterima ketika kembali ke Indonesia saat akan bekerja.
“Karena kita belum ada kerjasama antara Malaysia-Indonesia terkait anak kita yang ada ijazah lulusan dari Malaysia itu bisa diterima bekerja di dalam negeri,” kata Herkulanus Albinus Camat Puring Kencana, Selasa (26/6).
Herkulanus mengakui banyak warganya yang lebih memilih sekolah di Malaysia karena soal pendidikan, di Malaysia itu benar-benar dibantu.
“Tapi efek dari itu, ketika anak-anak kita menyelesaikan pendidikan disana itu, saat mereka ketika kembali kesini tidak bisa diterima bekerja oleh perusahaan karena menggunaan ijazah lulusan dari Malaysia,” katanya.
Sementara itu Silo Buono Kapolsek Puring Kencana mengatakan, tak banyak pilihan memang bagi masyarakat di Kecamatan Puring Kencana untuk menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang lebih tinggi.
Seperti dalam menempuh pendidikan SMA. Di kecamatan tersebut hanya baru-baru ini saja gedung SMA dibangun diwilayah tersebut.
“Sebelumnya anak-anak yang sudah tamat SMP itu disekolahkan orang tuanya ke Malayasia, karena tak ada pilihan lain,” katanya.
Silo berharap, ini merupakan suatu pelajaran bagi masyarakat perbatasan jangan sampai menyekolahkan anaknya ke Malaysia.
“Masyarakat jangan tergiur dengan pelayanan pendidikan di Malaysia. Pemerintah juga hendaknya lebih bamyak membangun sekolah di perbatasan,” ia mengingatkan.(rel)