Salam sehat untuk semua rekan – rekan guru dimana pun anda berada. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa, dua tahun belakangan ini dunia dihebohkan dengan invasi wabah yang belum juga mereda.
Semua sektor terdampak termasuk sektor pendidikan, mengacu pada Surat Edaran Kemendikbud Nomor 40 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19).
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim, mengeluarkan beberapa kebijakan dalam menghadapi pandemi.
Kebijakan tersebut termasuk didalamnya adalah penghapusan Ujian Nasional; perubahan sistem Ujian Sekolah; perubahan regulasi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB); dan penetapan belajar dari rumah atau pembelajaran secara daring.
Dari beberapa kebijakan tersebut, penetapan pembelajaran daring adalah kebijakan yang paling banyak menuai tanggapan baik pro maupun kontra di masyarakat.
Pro dan kontra pembelajaran daring bukan tidak beralasan hal ini cukup membuat banyak pihak berkomentar negatif terutama orang tua siswa yang harus merogoh dompet lebih dalam guna memfasilitasi untuk kegiatan belajar daring bagi anak anak mereka.
Karena tidak semua orang tua mempunyai penghasilan yang cukup terlebih adanya kebijakan baru dari pemerintah setempat yaitu Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) semakin mempersulit bagi mereka dalam memenuhi perekonomian keluarga.
Sedangkan untuk sekolah – sekolah yang berada di daerah pedalaman meskipun pemeberlakuan PPKM tidak begitu berdampak namun pembelajaran virtual lewat media internet secara daring mempunyai kendala sendiri terutama keterbatasan sinyal sehingga kesulitan dalam mengakses jaringan internet.
Dari berbagai tanggapan negatif tersebut ada juga yang memberikan respon positif diantaranya salah seorang pakar Pendidikan Nasional, Dr. Aswandi,
Beliau menyebut saat ini seluruh dunia tengah melakukan penyesuaian pembelajaran di tengah pandemi covid-19. Penyesuaian itu sudah tentu memiliki tantangan tersendiri.
“Jadi kita hanya mencoba membiasakan hal baru mencoba bertransformasi kepada situasi baru yang sebenarnya tidak perlu dibuat beban,” kata Dr. Aswandi dalam webinar IGI dengan tema“ Tahun Ajaran Baru Dan Masa Depan Pendidikan Kita Saat Pandemi Masih Melanda,” Sabtu 10 Juli 2021.
Beliau mengatakan jika penyesuaian dijadikan beban, malah mendatangkan gangguan psikologis. Pelajar justru bisa menjadi stress. Lanjut di katakan pula pembelajaran jarak jauh atau daring akan menjadi metode belajar yang efektif seiring waktu.
“Tidak benar jika pembelajran daring merupakan bentuk pembelajaran yang tidak efektif.” Indonesia dalam kondisi covid-19 pun sebenarnya tidak bisa dibilang pembelajaran tidak efektif, ini hanyalah masalah perubahan saja,” terangnya.
Perubahan mendasar dalam pembelajaran daring ini ialah pendidikan yang menggunakan teknologi. Saat ini, seluruh dunia tengah melakukan penyesuaian yang sama.
“Jadi jangan Indonesia saja yang merasa pembelajaran saat ini tidak efektif ini terjadi di seluruh dunia yang sebelumnya mengandalkan tatap muka kini harus dilakukan secara virtual. Dan sekarang kita sudah mencoba menyesuaikan diri dengan teknologi,” pungkasnya.
Untuk itu diharapkan semua fihak yang terlibat terutama rekan – rekan guru sebagai garda terdepan pendidikan pencetak generasi penerus agar dapat lebih mengembangkan potensi dengan berkolaborasi melalui model atau metode pembelajaran yang ada untuk disesuaikan dengan lingkungan sekitar tempat kita , berupaya agar pendidikan dapat terus berjalan meskipun dalam keadaan yang serba terbatas, terlebih lagi kita sudah memasuki era 4.0.
Yang mana semua aktifitas tidak terlepas dengan teknologi dan informatika agar julukan guru sebagai ujung tombak pendidikan tetap runcing dan tidak tertumpulkan oleh pembelajaran daring bahkan lewat pembelajaran daring ini kita bisa lebih mengasah keterampilan dan berfikir kritis agar gelar guru sebagai profisional pendidik memang layak untuk kita sandang.
Penulis: Syahrizal, S.Pi, S.Pd
Guru SMA Negeri 1 Toho