Bengkayang, BerkatnewsTV. Bagi masyarakat suku Dayak, melakukan ritual adat sudah merupakan tradisi turun temurun sejak jaman nenek moyang yang merupakan warisan leluhur.
Menurut Pangalima Tambak Baya, ritual adat bukanlah bentuk menduakan Tuhan, melainkan bagian dari pelestarian budaya yang diwariskan secara turun-temurun.
“Agama adalah pilihan, sementara adat adalah warisan. Kami tidak meminta menjadi pangalima, tetapi kami adalah titisan leluhur untuk menjaga dan melestarikan adat budaya Dayak agar generasi mendatang tetap maju,” tegasnya.
Hal itu disampaikan saat memperingati HUT IX Persatuan Besar Rumah Tangga Borneo (PBRTB) di Kabupaten Bengkayang pada Jumat (24/10/2025) malam.
Baca Juga:
- Makna Ritual Adat Ngampar Bide Jelang Gawai Dayak ke-XXXVII
- Naik Dango I Pontianak, Masyarakat Dayak Gelar Ritual Ngampar Bide
Acara pembukaan berlangsung meriah dengan dihadiri sejumlah pangalima dari negeri tetangga serta para pejabat tinggi dari Kabupaten Landak dan Kabupaten Bengkayang. Kehadiran mereka menjadi simbol kuatnya solidaritas suku Dayak di tanah Borneo yang tetap kompak dan bersatu dalam menjaga warisan budaya leluhur.
Pangalima Tambak Baya menyampaikan pesan mendalam tentang nilai-nilai luhur dan prinsip hidup orang Dayak yang senantiasa menjunjung tinggi kebersamaan serta saling menghargai antar sesama.
“Kami punya prinsip, di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Tanjam tidak melukai, melangkah tidak mendahului, dan pintar tidak menggurui. Itu konsekuensi kami, dan kami juga tidak memandang agama, suku, maupun ras,” ujarnya.
Pangalima Tambak Baya berharap agar pemerintah daerah dapat terus berkolaborasi dengan masyarakat adat dalam mengembangkan kegiatan kebudayaan, serta memperhatikan fasilitas dan arena kegiatan agar lebih memadai di masa depan.(ebm)














