BerkatnewsTV. Tsunami menjadi salah satu bencana alam paling mematikan di dunia. Di antara banyak peristiwa besar, satu tsunami mencatatkan rekor sebagai gelombang tertinggi yang pernah tercatat manusia. Peristiwa tersebut terjadi di Lituya Bay, Alaska, pada 9 Juli 1958. Gelombangnya mencapai ketinggian mencengangkan: 524 meter atau lebih dari setengah kilometer.
Awal Mula Bencana
Segalanya bermula saat gempa bumi berkekuatan 7,8 mengguncang wilayah Fairweather Fault di tenggara Alaska. Guncangan ini memicu longsoran raksasa yang meluncur ke dalam Lituya Bay. Sekitar 30 juta meter kubik batu dan es jatuh langsung ke perairan dalam waktu singkat.
Akibatnya, air laut terdorong dengan kekuatan luar biasa. Gelombang raksasa terbentuk dan menyapu sisi teluk dengan kecepatan tinggi. Dalam hitungan detik, gelombang setinggi 524 meter menghancurkan pepohonan, mengikis tanah dan menyapu bersih lereng gunung di sekitarnya.
Skala Kerusakan
Gelombang tersebut tidak bergerak jauh ke laut terbuka karena Lituya Bay memiliki bentuk seperti mangkuk tertutup. Meski demikian, kekuatannya tetap luar biasa. Dua perahu kecil yang sedang berada di teluk mengalami dampak langsung. Salah satu perahu berhasil selamat, sedangkan perahu lainnya hancur dan menewaskan dua orang.
Untuk memberikan gambaran, gelombang tsunami pada umumnya hanya mencapai ketinggian 10 hingga 30 meter. Sebagai perbandingan, gelombang Lituya Bay hampir 18 kali lebih tinggi dari tsunami raksasa yang melanda Jepang pada tahun 2011.
Mengapa Bisa Setinggi Itu?
Penting untuk dicatat bahwa tsunami di Lituya Bay bukan tsunami laut biasa. Para ilmuwan mengkategorikannya sebagai mega-tsunami, karena tercipta akibat longsoran besar, bukan gempa dasar laut seperti biasanya. Kombinasi dari volume longsoran, kedalaman teluk dan sempitnya ruang menyebabkan tekanan luar biasa yang mendorong air setinggi ratusan meter ke udara.
Selain itu, bentuk geografi Lituya Bay memperparah efeknya. Teluk ini memiliki dinding terjal dan sempit, yang memantulkan energi gelombang ke satu arah.
Dampaknya bagi Ilmu Pengetahuan
Peristiwa ini menjadi titik penting dalam studi geologi dan oseanografi. Para peneliti mulai memahami bahwa tsunami bisa terbentuk bukan hanya dari gempa laut, tapi juga dari tanah longsor, letusan gunung berapi, bahkan jatuhnya asteroid.
Sejak saat itu, para ahli terus memantau daerah-daerah berisiko tinggi terhadap mega-tsunami, termasuk wilayah-wilayah seperti Norwegia, Indonesia dan Kepulauan Hawaii.
Penutup
Rekor gelombang tsunami tertinggi di Lituya Bay bukan sekadar angka mencengangkan. Peristiwa ini mengingatkan kita bahwa alam memiliki kekuatan luar biasa yang kadang sulit diprediksi. Meskipun tsunami setinggi itu sangat langka, masyarakat tetap perlu waspada terhadap berbagai bentuk bencana alam dan mendukung riset ilmiah untuk mitigasi yang lebih baik di masa depan.