Kubu Raya, BerkatnewsTV. Aktivitas PETI di Desa Kophiang Kecamatan Mandor Kabupaten Landak menimbulkan pencemaran terhadap Sungai Mandor yang mengalir hingga ke Sungai Retok di Kabupaten Kubu Raya.
Akibatnya, warga Desa Retok Kecamatan Kuala Mandor B Kabupaten Kubu Raya mengalami berbagai penyakit seperti gatal-gatal hingga korengan di beberapa bagian tubuhnya lantaran Sungai Retok kerap digunakan masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari.
Tak hanya itu, dampak negatif yang dirasakan warga kurangnya habitat ikan yang kerap menjadi mata pencaharian masyarakat sekitar.
“Kami sebagai warga Retok merasa terganggu adanya limbah PETI di Mandor. Karena banyak dari kami merasakan dampak negatifnya,” kata salah satu warga Desa Retok Victorius, Sabtu (12/7).
Ia mencontohkan warga banyak yang gatal-gatal dan korengan di bagian tubuhnya. Selain itu, warga juga kesulitan mencari ikan lagi lantaran banyak yang mati.
Ia berharap pemerintah daerah maupun aparat yang berwajib dapat segera menindak tegas aktifitas PETI di Mandor yang telah berlangsung lama.
“Kami mohonlah pemerintah dan aparat dapat menindak tegasnya,” harapnya.
Baca Juga:
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kubu Raya, Dedy Hidayat mengatakan ada tiga kasus pencemaran lingkungan yang ditemukan pihaknya, pertama dugaan aktivitas Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Desa Retok Kecamatan Kuala Mandor B.
“Informasi awal dari masyarakat sekitar itu. Adanya kegiatan PETI di Kecamatan Mandor Kabupaten Landak, yang sangat berdampak ke masyarakat,” tegasnya diwawancarai berkatnewstv pada Selasa (24/6).
Ia pun menyatakan hasil dari sidak pada Jumat (13/6) lalu dilanjutkan ke Pemerintah Provinsi Kalbar sebagai daerah induk yang membawahi 14 Kabupaten/Kota.
“Memang tingkat pencemaran itu berbeda-beda, kalau yang disebabkan PETI lebih ke kandungan zat kimia seperti merkuri,” tambahnya.
Bupati Kubu Raya Sujiwo bersama Forkompimda telusuri sebab dari pencemaran Sungai Retok, pada Jumat (13/6) lalu. Alhasil pencemaran itu berdampak serius, air sungai berubah warna menjadi keruh, serta berlumpur dan mengandung zat bahaya untuk kesehatan masyarakat setempat. Sejumlah masyarakat mengalami penyakit kulit, gatal-gatal dan kudis.
“Selain itu pencemaran ini berdampak dengan perekonomian, karena di bantaran sungai ini ada habitat dan biota air sungai yang musnah akibat pencemaran ini. Sedangkan sebelum adanya pencemaran di sini ada perputaran ekonomi dari para komunitas pemancing yang sewa sampan dan menginap di sini,” ucapnya.
Sujiwo pun mengutuk keras pelakunya sebab melumpuhkan ekosistem biota dan habitat sungai, ekonomi dan menimbulkan penyakit. Ia berjanji akan mendalami sebab pencemaran sungai Retok, terlebih ini berseberangan dengan Kabupaten Landak.
“Kita akan segera komunikasikan dengan Pemerintah Kabupaten Landak untuk bersama-sama memberikan atensi. Karena kalau pun pakai teknologi itu tidak mungkin, satu-satunya cara adalah menghentikan sumber dari pencemaran ini,” jelasnya.(rob/dian)