Pontianak, BerkatnewsTV. Setelah libur panjang Idulfitri, para investor dikejutkan dengan drastisnya penurunan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) hingga mencapai 9,19% pada Selasa (8/4) pagi ini.
Akibat dari penurunan tersebut, Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) segera melakukan trading halt atau pembekuan sementara perdagangan selama 30 menit. Kemudian, perdagangan dilanjutkan kembali namun IHSG masih berada di level 5.900-an.
Penurunan IHSG pagi ini merupakan penurunan terburuk sejak 10 Desember 2020 yang menyentuh level 5.911,91 pada perdagangan intraday terendah. Namun, penurunan tersebut belum mampu menyingkirkan rekor terendahnya IHSG pada 20 Maret 2020 di level 3.911,72.
Baca Juga:
- Nilai Tukar Dolar Mengalami Penurunan Menjadi Rp8 Ribu
- Kontestasi BRICS Terhadap Hegemoni Dolar. Langkah-langkah Menuju Penggunaan Mata Uang Lokal
Tidak hanya itu, dilansir dari Refinitiv, pada Minggu (6/4) pukul 08:10 WIB, nilai tukar mata uang rupiah telah mencapai Rp17.059/US$ di non-deliverable forward (NDF) dan merupakan posisi terendah.
Nilai tukar rupiah di pasar NDF ini jauh lebih lemah dibandingkan pada penutupan perdagangan reguler terakhir sebelum libur Lebaran, Kamis (27/3/2025) rupiah berada pada posisi Rp16.555/US$ atau menguat 0,12%. Artinya rupiah tampak berpotensi melemah sangat signifikan di pekan depan.
Kedua hal tersebut jelas memengaruhi perekonomian Indonesia. Ia juga menarik respon masyarakat terutama para investor yang bermain di dunia saham. Berkenaan pula dengan kebijakan tarif dagang yang disampaikan oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, tentu memberikan kekhawatiran bagi global.
Pada pekan lalu juga, disampaikan bahwa Indonesia dikenai tarif resiprokal sebesar 32%. Sementara negara lain seperti Malaysia dan Jepang dikenakan tarif timbal balik sebesar 24%, China 34%, Vietnam 46%, dan Singapura sebesar 10%.