loading=

Manusia Silver Berkurang Beralih Menjadi Pengamen

Manusia Silver Berkurang Beralih Menjadi Pengamen
Fenomena manusia silver yang marak beberapa waktu lalu di Kota Pontianak kini mulai berkurang berkat upaya intensif dari Satpol PP Kota Pontianak. Foto: egi

Pontianak, BerkatnewsTV. Fenomena manusia silver yang marak beberapa waktu lalu di Kota Pontianak kini mulai berkurang berkat upaya intensif dari Satpol PP Kota Pontianak.

Kepala Satpol PP Kota Pontianak, Ahmad Sudiyantoro menjelaskan bahwa maraknya fenomena tersebut sudah berkurang berkat kegiatan razia dan sosialisasi yang dilakukan secara rutin.

“Sebenarnya, fenomena ini bukan marak sekarang, sudah agak berkurang jauh karena seringnya kita melaksanakan razia dan sosialisasi kepada anak-anak,” ungkapnya ditemui Sabtu (1/2).

Bahkan, beberapa individu yang sudah terlanjur diamankan telah dibina di tempat perlindungan sosial (Pladinsos), dan sebagian besar dari mereka tidak lagi terlibat dalam kegiatan tersebut.

Ahmad melanjutkan mereka sudah tidak menjadi manusia silver lagi. Biasanya, mereka cuma ngamen, dan itu pun tidak mengganggu ketenteraman setelah jam 10 malam. Meski demikian, Ahmad mencatat bahwa sebagian dari mereka tetap melakukan kegiatan mengamen yang sering kali mengganggu ketenteraman masyarakat, terutama di persimpangan-persimpangan setelah jam malam.

Berdasarkan pengakuan dari beberapa individu yang diamankan, fenomena manusia silver ini semakin berkurang. Karena biaya untuk mengecat tubuh dengan perak cukup mahal dan tidak sebanding dengan penghasilan yang mereka dapatkan.

Baca Juga:

“Sekarang mereka pakai yang hitam, pakai arang ditumbuk, lalu pakai tepung. Beberapa yang kita tangkap memang mengaku seperti itu,” jelasnya.

Selain itu, Satpol PP juga rutin melakukan razia terhadap individu yang ngamen di tempat umum, sesuai dengan peraturan daerah yang melarang kegiatan tersebut.

Dalam menangani masalah ini, Satpol PP tidak hanya mengandalkan razia, tetapi juga pendekatan kemanusiaan. Ahmad mengatakan untuk denda tidak pernah diterapkan karena mereka susah untuk makan. Paling dibawa ke Pladinsos untuk pembinaan. Beberapa dari mereka, bahkan terindikasi menggunakan narkoba. Namun, dengan pendekatan intensif mereka berusaha untuk direhabilitasi.

Kerja sama antara pemerintah kota dengan Dinas Sosial (Dinsos) Kota dan Provinsi juga telah dijalin untuk menangani anak-anak jalanan dan manusia silver ini. “Masalah ini memang kompleks. Kami bekerja sama dengan pihak terkait untuk memberikan penanganan yang lebih terpadu, meskipun belum maksimal,” jelasnya.

Ahmad juga menekankan pentingnya menangani masalah orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang turut muncul di kota ini. Serta mengungkapkan bahwa beberapa individu manusia silver berasal dari keluarga yang sengaja menyuruh anak-anak mereka untuk terlibat dalam kegiatan tersebut. “Ada yang disuruh orang tuanya. Kami sudah pernah memproses orang tuanya dan memberikan sanksi administrasi,” tegasnya.

Dalam upaya lebih lanjut, Satpol PP bekerja sama dengan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil untuk memblokir KTP bagi mereka yang melanggar, sebagai bentuk penegakan hukum. “Kami juga sudah memblokir KTP bagi yang tidak membayar denda. Semua sudah kami koordinasikan dengan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil,” tambahnya.

Dengan berbagai upaya ini, diharapkan fenomena manusia silver di Pontianak dapat terus berkurang dan masalah terkait anak jalanan serta ODGJ dapat ditangani dengan lebih baik.(ebm)