Description

FKUB Galakkan Moderasi Beragama Hadapi Pemilu

Plt Bupati Sanggau Yohanes Ontot saat membuka rakor FKUB Sanggau yang diminta gencar galakkan moderasi beragama menghadapi Pemilu, Rabu (6/12)
Plt Bupati Sanggau Yohanes Ontot saat membuka rakor FKUB Sanggau yang diminta gencar galakkan moderasi beragama menghadapi Pemilu, Rabu (6/12). Foto: pek

Sanggau, BerkatnewsTV. Peran Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dinilai sangat penting dalam menjaga kerukunan menjelang Pemilu. Karenanya, FKUB Sanggau diminta semakin gencar menggalakkan moderasi beragama menghadapi Pemilu.

Plt Bupati Sanggau Yohanes Ontot berharap keberadaan FKUB mampu memberikan kontribusi positif dalam melakukan pembinaan keberagaman umat yang ada di Sanggau.

“FKUB memiliki peran yang sangat penting, karena FKUB yang terdiri dari berbagai orang dengan latar belakang yang pastinya berbeda-beda diharapkan mampu menjalankan tugas dan fungsinya merawat keberagaman,” kata Yohanes Ontot saat membuka rakor FKUB Sanggau, Rabu (6/12).

Ontot mengingatkan FKUB untuk lebih mendekatkan diri kepada kelompok-kelompok masyarakat agar persoalan yang timbul dapat diselesaikan secara kekeluargaan.

“Saya minta FKUB berperan aktif menjaga kerukunan, apalagi sudah mendekati Pemilu. Beda pilihan itu biasa. Jangan sampai beda pilihan membuat kita terpecah belah sehingga membuat kacau daerah kita. Silakan beda pilihan, persatuan dan kesatuan harus tetap kita jaga,” pesannya.

Baca Juga:

Sementara itu Kepala Kantor Kementerian Agama Sanggau H. Anuar Ahmad mengungkapkan moderasi beragama sudah dilakukan para orang tua terdahulu dan bukan hal yang baru.

“Seluruh umat di Indonesia ini sudah bermoderasi sejak dahulu, termasuk saat memperjuangkan negeri ini dari penjajahan. Jadi, yang memerdekakan negeri ini bukan hanya satu dua umat saja, tapi semua umat ikut andil. Karena memang orang tua kita dulu tidak pernah memandang agama, suku, adat istiadat seseorang dalam pergaulan,” ujarnya.

Oleh karenanya, moderasi beragama harus dijalankan karena sesuai dengan masing-masing ajaran agama yang ada di Indonesia.

Kepala Kesbangpol Provinsi Kalbar, Manto mengatakan Pemilu memiliki dampak positif dan negatif. Diantaranya masyarakat akan terkelompok secara politik karena beda pilihan, perang media dan dukungan dari masing-masing pendukung, munculnya hoaks untuk menggiring opini, adanya ujaran kebencian, intoleransi dan politik identitas. Dampak positifnya terbukanya ruang diskusi publik dan wisata demokrasi.

Oleh karenanya, lanjut dia, dibutuhkan strategi untuk mencegah dampak negatif pemilu, termasuk juga bagaimana meningkatkan partisipasi masyarakat mengikuti pemilu 2024.

“Partisipasi masyarakat ini merupakan hal penting dalam terwujudkan pemilu yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil (luber),” ungkapnya.

Dosen IAIN Pontianak Profesor Ibrahim berharap FKUB dapat menjadikan toleransi dan kerukunan (moderasi) sebagai perspektif diri untuk melihat, mendengar, berbicara dan bersikap.

Di eksternal, jelasnya, FKUB harus menperkuat jejaring komunikasi dan koordinasi kemitraan untuk toleransi dan kerukunan.

“Kemudian, intensifikasi literasi keragaman, toleransi, dan kerukunan, baik konteks keagamaan maupun kebangsaan. Dan juga FKUB harus memperkuat edukasi, kesadaran toleransi dan kerukunan pada semua agregat sosial, baik itu tokoh, pemuda, anak-anak dan keluarga,” harapnya.(pek)