Description

Cerita Pilu Pemilik Saat Kebakaran Pasar Sudirman

Pasar Sudirman yang menghanguskan sedikitnya 40 toko pada Sabtu (16/9) malam ini menyisakan cerita pilu bagi pemilik. Hingga Senin (18/9) sejumlah pemilik bagi membersihkan sisa-sisa puing material
Pasar Sudirman yang menghanguskan sedikitnya 40 toko pada Sabtu (16/9) malam ini menyisakan cerita pilu bagi pemilik. Hingga Senin (18/9) sejumlah pemilik bagi membersihkan sisa-sisa puing material. Foto: dian

Pontianak, BerkatnewsTV. Kebakaran di Jalan Nusa Indah II Blok E dan F Pasar Sudirman menyisakan cerita pilu bagi pemilik toko. Tampak puing-puing material yang terbakar berserakan. Namun sebagian seng-seng sudah dikemas rapi oleh pemilik toko dan PKL yang ikut terbakar.

Begitu juga sisa-sisa kain-kain pakaian pedagang masih ada yang bisa diselamatkan walaupun lebih banyak hangus dilalap api.

Menurut saksi mata Silvi (53) api dapat dipadamkan sekitar jam 02.00 wib malam. Kabar kebakaran ini, Ia ketahui dari anaknya, kalau toko-toko di pasar Sudirman sedang terbakar.

“Saya tanggapi santai, tetapi anak saya bilang api sudah di toko, sontak saya kaget,” kata warga Setia Budi ini saat ditemui BerkatnewsTV, Senin (18/9).

Ia dan suami bergegas menuju lokasi pada Sabtu (16/9) malam. Melihat api masih mengamuk dan melahap 40 ruko di Blok E dan F. ia pun pasrah akan kejadian tersebut, untungnya api dapat dikendalikan oleh para petugas pemadam yang pada saat itu ada enam Damkar berjibaku menyemprotkan air ke ruko-ruko agar api tidak menjalar kemana-mana.

“Toko kartika pada saat itu sudah terbakar sebagian. Makanya genteng atap jebol untuk menjinakan api pada saat itu,” ujar pedagang perhiasan emas yang sudah 23 tahun berada di situ.

Baca Juga:

Sementara Jesica (38) mengatakan sebagian ruko sudah tidak beroperasional lagi. Para pemilik ruko memilih tutup karena pembeli di kawasan itu terbilang sepi dari pengunjung.

“Adalah beberapa ruko yang masih buka berjualan baju-baju, celana, daster, sepatu, toko konveksi dan warung kopi disitu,” kata wanita muda dengan kaca mata ini.

Jesica dan Silvi menduga awal pertama timbulnya api adanya korsleting aliran listrik yang sebagian digunakan Pedagang Kaki Lima menggunakan kabel langsung tanpa meteran listrik.

“Kabel-kabel dari PKL memang banyak pada waktu itu langsung menyalakan lampu-lampu mereka. Dan kabel-kabel itu saling sambung satu dengan lainnya,” terang Silvi.

Pasar Sudirman merupakan pasar kebutuhan papan bagi masyarakat yang telah lama beroperasi. Penataan Pasar Sudirman terbilang masih semrawut karena sering banjir dikala hujan deras, area parkir di pasar itu, juga belum tertib kendaraan yang melintas harus menggunakan jalur lain karena sempitnya akses dijalan umumnya. (dian)