Description

Pelaku Usaha Butuh Media Massa Terpercaya

Kepercayaan publik terhadap media massa menjadi topik utama yang dibahas dalam Workshop Trusted News Indicator serial III yang diselenggarakan Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) dengan dukungan Internews dan USAID Media secara daring pada Rabu (3/5).
Kepercayaan publik terhadap media massa menjadi topik utama yang dibahas dalam Workshop Trusted News Indicator serial III yang diselenggarakan Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) dengan dukungan Internews dan USAID Media secara daring pada Rabu (3/5). Foto: ist/amsi/tmB

Jakarta, BerkatnewsTV. Di tengah arus digital yang semakin berkembang saat ini, pelaku usaha membutuhkan media massa yang terpercaya untuk menjalankan bisnisnya.

Karenanya kredibilitas dan kualitas media massa tersebut menjadi sangat penting sebagai salah satu indikator kepercayaan publik khususnya di dunia usaha.

Kepercayaan publik terhadap media massa ini menjadi topik utama yang dibahas dalam Workshop Trusted News Indicator serial III yang diselenggarakan Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) dengan dukungan Internews dan USAID Media secara daring pada Rabu (3/5).

Ketua Umum AMSI, Wenseslaus Manggut mengatakan upaya membangun indikator kepercayaan media merupakan rangkaian panjang yg sedang dilakukan AMSI sejak tahun 2021 dengan mengadakan berbagai diskusi, FGD dan Workshop. 

Memperoleh kepercayaan menjadi pertaruhan di landscape media baru ini, kepercayaan publik terhadap media datang dari banyak kalangan termasuk dunia bisnis dan ekosistem yg sama dg media. 

“AMSI berikhtiar agar media kembali dipercaya. Tentu tidak mudah, sulit bagi bisnis media saat ini. Pertanyaannya adalah apakah trusted ini bisa mendatangkan cuan bagi media. AMSI mendengar banyak pihak tidak hanya pemerintah dan dewan pers, juga pengiklan dan agency,” ujar Wens. 

Baca Juga:

Sejalan dengan konsep trustworthy news, Chief of Party Internews Indonesia, Eric Sasono mengapresisiasi AMSI dalam upaya membangun trusted news indicator. Rumusan indikator kepercayaan bukan jalan mudah, tidak seperti indikator yang digunakan pengiklan (GARM) saja, namun mempertimbangkan sisi kode etik dan panduan dewan pers. 

“Kesulitan mencari uang nyata, media kebanyakan didirikan oleh jurnalis bukan pengusaha yang lebih mementingkan editorial bukan bisnis. Ini upaya penting yang harus dilakukan bersama stakeholder tidak bisa dilakukan oleh media sendiri,” kata Eric.

CEO Kabar Group Indonesia (KGI) Network sekaligus Koordinator wilayah AMSI Indonesia Timur, Upi Asmaradhana mengajak media anggota AMSI untuk memperjuangkan kepercayaan publik termasuk brand safety.

Media anggota AMSI dapat menerapkan setidaknya dari 11 point trustworthynews indicator yang sudah dibuat AMSI dengan banyak mendapatkan masukan dari banyak pihak. 

“Banyak survei menyebut tingkat kepercayaan publik terhadap media di Indonesia rendah. Semoga dengan workshop, diskusi dan FGD yang dilakukan akan berdampak positif terhadap peningkatan kepercayaan terhadap media. Dan semoga pengiklan juga bisa beralih ke media arus utama,” kata Upi. 

Pada sesi diskusi, Legenda Hidup Pasar Modal Indonesia yang juga CEO Vier Corporation, Vier Abdul Jamal mengatakan investor membutuhkan media yang kredibel dan terpercaya dengan berita yang mendalam dan berbasis analisis data.

“Pemberitaan akan berdampak powerfull untuk suporting industri dan market. Kita harus belajar pada pasar modal Hongkong dimana berita menjadi supporting atau informasi yg menginspirasi pasar. Setiap hari RTI Bisnis memperlihatkan market mover, kenapa sahamnya bergerak karena aksi korporasi. Pers harus mengikuti bagaimana tren saham terbang termasuk dari insider informasi,” katanya.

Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) menyebutkan 48% Usaha Kecil Menengah (UMKM) dijalankan perempuan. Di sini pentingnya trusted news Indicator, peran media yang bukan hoax dalam mendorong ekonomi sejalan dengan yang diupayakan Ikatan Wanita Pengusaha (IWAPI). 

“Bagaimana agar dunia usaha bisa sustain dan naik kelas, informasi dan promosi dari media anggota AMSI penting untuk IWAPI. Ke depannya harus dijalankan upaya kerjasama nyata antara IWAPI – AMSI untuk mendukung dunia usaha perempuan,” kata Nita Yudi, Ketua Umum IWAPI.

Ekonom Senior INDEF, Aviliani menyebut pentingnya media mendeteksi kelas audiens sebelum mendistribusikan konten berita. Cara mengemas konten perlu dibedakan berdasarkan audiens kelas atas, menengah dan bawah. Berita yang disajikan harus bermakna, jangan sekadar dibaca/viral.

“Kelas atas jumlahnya 20%, kelas menengah 35% dan kelas bawah 40%. Audiens kelas atas sangat bisa mempengaruhi investasi dan konsumsi. Pastikan agar informasi tidak membuat pasar khawatir. Dengan memperhatikan segmen audiens media akan memberikan impact positif yang berarti pada ekonomi Indonesia,” katanya.

Indikator keterpercayaan publik mulai disusun AMSI sejak pertengahan 2021 melalui serangkaian diskusi kelompok terfokus (FGD) di Jakarta dan Makassar. Melibatkan lebih dari 50 pemilik dan pengelola media anggota AMSI, penyelenggara negara, agen periklanan global, akademisi, pengusaha, kelompok masyarakat sipil, dan lain-lain.(tmB)