Pontianak, BerkatnewsTV. Indonesia saat ini mengalami Deindustrialisasi Prematur. Bahkan tidak pernah mencapai level industrialisasi 30 persen GDP.
Level industrialisasi tertinggi yang pernah dicapai adalah 29,1 persen pada tahun 2001. Setelah itu menurun secara konsisten.
Data sementara GDP 2018 Triwulan III, level industrialisasi hanya 19.7 persen. Lima provinsi mengalami deindustrialisasi termasuk Kalimantan Barat, 27 provinsi stagnan sektor industrinya dan hanya dua provinsi berhasil memfasilitasi industrialisasi.
“Sektor industri Kalimantan Barat hanya bergerak di angka 16 persen,” ungkap Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tanjungpura (Untan) Eddy Suratman saat talkshow ekonomi Kalbar yang digelar Forum Jurnalis Ekonomi Katulistiwa (Fojekha), Jumat (3/2).
Apalagi disebutkan Eddy, pertumbuhan sektor primer berbasis pertambangan dan perkebunan diragukan keberkelanjutannya. Harga komoditias dunia sangat fluktuatif dan sebagian besar diproyeksikan akan jatuh di tahun 2025-2030.
Ditambah lagi berbagai tantangan yang mengintai depan mata seperti ketidak pastian ekonomi global, lonjakan inflasi, bencana alam, transmisi dan distribusi listrik yang terbatas serta rendahnya minta investasi penyediaan listrik.
“Semuanya itu menjadi tantangan terbesar bagi Kalbar yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi,” tuturnya.
Eddy mengingatkan tidak banyak pilihan bagi pemerintah daerah yaitu harus memanfaatkan sumber pertumbuhan baru (sektor sekunder dan tersier), seperti pariwisata dan ekonomi digital/kreatif.
“Meningkatkan efisiensi, produktivitas dan nilai tambah untuk memfasilitasi transformasi struktural melalui reindustrialisasi atau mendorong hilirisasi,” sarannya.
Baca Juga:
Kementerian Keuangan RI mencatat pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Barat pada Triwulan III-2022 mengindikasikan keberhasilan pemulihan ekonomi, yaitu tumbuh sebesar 6,48 persen (y-o-y).
Secara kumulatif Triwulan III-2022 terhadap kumulatif Triwulan III-2021, ekonomi Kalbar mengalami pertumbuhan sebesar 5,00 persen (c-to-c). Meningkatnya rata-rata produksi komoditas unggulan Triwulan III-2022 dibandingkan dengan Triwulan II-2022 membuat ekonomi tumbuh 1,15 persen (q-to-q).
Pada Oktober 2022 di Kalimantan Barat (gabungan 3 kota) terjadi inflasi sebesar 0,07 persen (m- to-m) dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 113,76.
Sementara, tingkat inflasi tahun kalender pada Oktober 2022 (y-to-d) sebesar 5,37 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Oktober 2022 terhadap Oktober 2021) sebesar 6,00 persen.
Secara keseluruhan, APBN Kalbar hingga triwulan III-2022 ini berkinerja baik, namun berbagai ketidakpastian dan riskio tetap harus diwaspadai dan dimitigasi.(rob)