Kubu Raya, BerkatnewsTV. Perkembangan zaman di era digital saat ini tidak menyurutkan Sanggar Laksamana Muda untuk tetap melestarikan seni musik bernuansa Islami yakni musik hadrah.
Berdiri sejak tahun 2012 silam Sanggar Laksamana Muda telah melanglang buana memainkan alat musik pukul itu di berbagai kegiatan keagamaan, kebudayaan, hingga perkawinan di Kubu Raya maupun Kota Pontianak.
“Kami selalu mengisi acara keagamaan Islam termasuk barzanji, perkawinan, tradisi budaya mapun perkawinan. Serta acara di pelantikan pengurus MABM Kubu Raya,” ucap Ketua Sanggar Hadrah Laksamana Muda, Indra Sanjaya, Jumat (8/4).
Selama ini hadrah hanya dimainkan oleh para orang-orang tua. Namun di Sanggar Laksamana Muda telah mengolaborasikan dua generasi yakni generasi tua dan generasi milenial.
Tidak sedikit generasi milenial saat inni yang ternyata ikut tertarik memainkan alat musik yang dikenal berasal dari Timur Tengah itu.
Menurut Indra, memainkan hadrah tidak hanya sekadar berimajinasi dalam dunia musik semata namun juga sekaligus melafalkan ayat-ayat suci Alquran.
“Artinya, lewat seni musik hadrah ini juga sekaligus mensyiarkan Islam,” ujarnya.
Dengan tujuan itu Indra berharap seni musik hadrah dapat menjadi perhatian pemerintah untuk terus dilestarikan dan dipertahankan di era digital.
“Kami berharap Pemkab Kubu Raya memberikan perhatian lebih kepada kami agar seni musik Islami ini tetap terus terjaga dan tidak punah di perkembangan zaman era digital saat ini,” harapnya.
Baca Juga:
- Organisasi Dapat Bantuan Alat Olahraga, Seni Budaya dan Kewirausahaan
- Robo-robo Dimeriahkan Lomba Bernuansa Islami dan Sampan Bidar
Dikutip dari berbagai sumber, Hadrah secara etimologis atau bahasa berasal dari bahasa Arab, yakni hadlaro-yahdluru-hadlran (hadlratan) yang memiliki arti hadir atau kehadiran.
Hadrah telah dikenal sejak jaman Nabi Muhammad SAW, dimana saat itu kaum Anshar menyambut Nabi Muhammad SAW yang telah tiba di Madinah setelah hijrah dari Mekkah dengan shalawat Thala’al Badru.
Di Indonesia, seni musik hadrah ini telah diperkenalkan pertama kali dibawa oleh seorang ulama besar dari negeri Yaman bernama Habib Ali bin Muhammad bin Husain Al- Habsyi (1259-1333H/1839-1931 M).
la datang ke Indonesia dengan misi dakwah Islam. Habib Ali dalam mengenalkan Hadrah, yaitu dengan mendirikan sebuah majelis shalawat sebagai sarana mahabbah kepada Nabi Muhammad SAW.
Bentuk kesenian hadrah adalah seni tari dan nyanyian. Lagu yang digunakan dalam kesenian ini merupakan lagu-lagu bernapas islami. Syair dalam lagu kesenian Hadrah mengandung nasihat-nasihat atau pengajaran yang luhur.(tmB)