Jogjakarta, BerkatnewsTV. Pandemi COVID-19 menghentikan hampir seluruh kegiatan pelaku usaha dalam kehidupan sehari-hari. Tidak sedikit dari para pemilik usaha batik terdampak akibat pandemi COVID-19.
Di awal kemunculan pandemi COVID-19 banyak kegiatan penjualan batik terhambat bahkan berhenti untuk sementara waktu.
Berbagai cara juga dilakukan oleh para pemilik batik untuk mempertahankan usaha batiknya tesebut dan secara perlahan, para pemilik usaha batik mulai dapat beroperasi kembali.
Penggambaran keadaan batik di tengah masa pandemi COVID-19 dilihat dari faktor eksternal terkait dengan minat masyarakat, harga bahan baku yang meningkat, pola pikir masyarakat yang berubah, pembatasan kegiatan tatap muka, dan sumber daya manusia yang langka.
Batik merupakan warisan budaya Indonesia yang estetis dan eksotik. Kain batik merupakan kain tradisional khas Indonesia yang memiliki berbagai macam motif.
Batik sebagai karya seni telah menjadi kekayaan budaya bangsa Indonesia dan banyak dikagumi khalayak dari berbagai penjuru dunia. Fungsi batik sendiri pun berkembang tidak hanya untuk busana tetapi juga untuk hiasan penghias ruangan dan lain sebagainya.
PT. Sandang Pangan Lantabur merupakan sebuah pabrik batik printing yang mendesain motif perancangan dengan mengadaptasi motif sendiri, yaitu dari ciri abstraksi, bunga, dan batik untuk seragam maupun komunitas.
“Untuk desain terkait dengan motif, kita menyesuaikan dengan permintaan. Kita melayani yang bawa motif sendiri dan kemudian kita juga ada motif yang sesuai dengan produk kita sendiri.” Ujar Rio selaku pegawai di bidang produksi saat ditemui pada Kamis (10/3) lalu.
Kantor pemasaran PT. Sandang Pangan Lantabur berlokasi di Jl. Jogokaryan No.17, Mantrijeron, Kec. Mantrijeron, Kota Yogyakarta. Untuk pabrik produksi batik PT. Sandang Pangan Lantabur sendiri berada di Sragen, Jawa Tengah.
Perusahaan ini dirintis oleh Bapak Hantiar dan Mas Rio yang di mana mereka bekerja sama pada produksi kain batik dengan terus mengembangkan usaha industri kain batik printing tersebut.
“Awalnya produksi dari rumah dan menyewa tempat dulu kemudian kerja sama dengan pemilik tempat, ordernya nambah akhirnya pelan-pelan kita buat sendiri,” ujar Hantiar selaku pegawai di bidang pemasaran.
Pabrik batik ini memberikan kualitas printing lebih detail, waktu lebih cepat, sehingga sangat cocok untuk produksi dalam jumlah banyak maupun partai besar.
Mereka juga terbiasa menangani jenis klien dari pengecer hingga dengan instansi besar. Pabrik tersebut memiliki kapasitas produksi 3.000 Yard per hari, dengan kualitas motif dan warna yang konsisten.
Harga yang diberikan menyesuaikan dari kuantitas produksi yang telah dipesan dan pabrik batik ini memiliki desainer yang dapat mewujudkan kebutuhan desain pemesan.
Desain tersebut dapat disesuaikan dengan identitas instansi atau motif pribadi yang diinginkan, misalkan: menambahkan logo instansi, memadukan motif, hingga mengganti sesuai warna terbaik pembeli.
“Kami menjamin produksi kita ini rapi, terus warna juga kita berani menjamin anti meleset,” ujar Hantiar kepada penulis.
Kesimpulannya, pasca COVID-19 ini, PT. Sandang Pangan Lantabur tetap berusaha bertahan dengan memproduksi kain batik setiap hari dan melihat orderan yang masuk walaupun tidak terlalu banyak.
Tim pekerja juga tetap masuk jika orderan masuk dan mereka selalu memanfaatkan waktu yang kosong untuk memproduksi motif-motif kain terbaru. Untuk pemesan yang ingin memesan kain batik bisa datang langsung baik ke kantor pemasarannya di kota Yogyakarta maupun di pabrik produksinya di Sragen, Jawa Tengah, atau mengunjungi Instagram di @pabrikbatikdotcom.
Penulis:
Dosen Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta:
Nurul Myristica Indraswari, S.M.B., M.Sc.
Mahasiswa Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta, Semester 6, Prodi Manajemen:
Henny Sari Shania (2019008383), Annisa (2019008380), Ni Made Merliawati (2019008395).