Sanggau, BerkatnewsTV. Kondisi ekonomi membawa keluarga Sudarsono (53) pindah ke tanah jiran, Malaysia. Selepas bangkrut dari usaha berjualan makanan yang dibangunnya susah payah di Entikong, Kabupaten Sanggau.
Ayah empat anak ini memboyong keluarganya ke Tebedu, salah satu kecamatan perbatasan di Malaysia – Indonesia.
Di Tebedu, pria asal Banyuwangi, Jawa Timur ini memulai usahanya dari nol sebagai buruh tani dan menjaga ternak ayam milik warga setempat.
Kehidupan keluarga perantau ini perlahan terbuka setelah anak keduanya, Nursaka (8) viral di media sosial karena setiap hari bolak-balik melintasi perbatasan Indonesia-Malaysia untuk sekolah.
“Sekarang saya nanam sahang, sayuran. Tapi ndak tentu juga hasilnya, kadang seminggu panen, tapi lebih banyak yang kena penyakit (hama),” tutur Sudarsono.
Ia menceritakan, rumah yang ditempatinya sekarang bukan miliknya, tapi milik warga Malaysia yang ditumpangkan kepadanya.
Dirumah ini Sudarsono tinggal bersama Istrinya, Julini (32), Nursaka dan kedua adiknya yang berusia dua dan tiga tahun. Sedangkan anak pertama mereka tinggal dirumah neneknya di Jember, Jatim.
Dari dokumen kependudukan yang dimilikinya, keluarga Sudarsono tercatat sebagai warga Dusun Entikong Tapang, Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau.
Namun ia enggan meninggalkan tempat tinggalnya yang sekarang.
“Saya bingung mau kerja apa kalau tinggal di Entikong. Di sana ndak ada kerjaan, rumah juga sudah ndak ada. Entikong kehidupannya mahal, semua beli, sayur mahal. Disini saya masih bisa metik di kebun. Anak saya banyak, tambah sulit kalau di Entikong,” kilahnya.
“Tapi Saka tetap saya sekolahkan di Entikong, soalnya anaknya memang mau sekolah disana. Biar pintar, semuanya harus sekolah. Saka nanti sampai SMA mungkin di Entikong, kalau bisa kuliah, nanti biar nyusul kakaknya di Jember,” ceritanya.
Sebelumnya diberitakan, Nursaka, anak kedua pasangan Sudarsono dan Julini viral di media sosial. Bocah yang duduk di kelas 3 SDN 03 Sontas, Entikong tersebut setiap hari pergi dan pulang sekolah melintasi perbatasan negara di Entikong, Indonesia – Tebedu, Malaysia seorang diri.
Aktifitas bocah pelintas batas negara ini pertama kali diunggah oleh Kantor Imigrasi Entikong.
Tiga tahun bolak-balik Entikong-Tebedu dengan seragam merah putihnya membuat bocah yang gemar menabung ini dikenal petugas Imigrasi PLBN Entikong.
“Sekolah di Sontas (Indonesia), pergi sekolah numpang sama kawan bapak ke Border Tebedu (Malaysia), terus jalan kaki ke PLBN Entikong kemudian naik ojek ke sekolah. Kalau pulang dari sekolah naik oplet dulu ke PLBN, terus numpang mobil sama yang mau ke Malaysia,” cerita Nursaka.
Sambil menunggu mobil yang bisa ditumpanginya, Nursaka sering menghabiskan waktu dengan mengerjakan PR dan belajar bersama petugas Imigrasi PLBN Entikong.
“Mau jadi dokter gigi, mau jaga gigi orang. Kalau ketemu Pak Jokowi, mau minta sepeda sama dijadikan dokter,” kata Nursaka.(dra)