loading=

Kematian Wahyu, Keluarga Ceritakan Kronologi Usai Divaksin MR

Kondisi Riski Wahyu Purnomo saat dirawat di Rumah Sakit Soedarso. Namun pada hari Minggu (12/8) Wahyu meninggal dunia(Foto: Ist)

Pontianak, BerkanewsTV. Seorang bocah berusia 12 tahun bernama Riski Wahyu Purnomo, meninggal dunia pada Minggu (12/8) dini hari.

Kematian bocah yang duduk di kelas VI A SDN 17 Pontianak Utara ini sebelumnya diduga akibat vaksin MR yang didapatnya saat di sekolah.

“Kita tidak memvonis tapi bertanya-tanya kok bisa secepat itu penyakit-penyakit muncul setelah divaksin. Belum lagi dia tidak pernah memiliki riwayat penyakit tersebut. Wahyu ini pun aktif, rajin olahraga kayak main voli dan bola, ikut drumband juga,” kata Paman Wahyu, Koko Wijanarko diwawancarai BerkatnewsTV di rumah duka Jalan 28 Oktober Gang Bima Sakti 3 Jalur 2 Kecamatan Pontianak Utara.

Ia menceritakan kronologi peristiwa awal Wahyu menderita sakit pasca imunisasi vaksin MR.

“Kebetulan pada hari itu ada pemberian vaksin rubella di sekolahnya. sore harinya terjadi reaksi pada tubuhnya, agak demam, pusing. Keesokan harinya juga seperti itu,” ceritanya.

Hari Senin orang tuanya minta Wahyu tidak pergi sekolah karena kondisinya tidak sehat. Tapi Wahyu nekat ingin sekolah. Namun disekolah dia terjatuh saat main dengan temannya dan dadanya membentur meja.

“Tapi tidak begitu kuat meski demikian dia mengeluhkan sakit di dadanya. Esoknya baru dia tidak sekolah karena sudah tak mampu,” lanjutnya.

Setelahnya kejadian itu kondisi Wahyu tidak menunjukkan perubahan bahkan sudah mulai muntah-muntah. Keluarga membawanya ke puskesmas.

“Dia diperiksa dan masih dalam keadaan sadar, masih bisa berinteraksi dengan kita. Nah karena khawatir dia sakit karena jatuh itu, puskesmas menyarankan untuk di rontgen,” tambahnya.

Pihak keluarga pun lantas membawa Wahyu ke RS Yarsi pada Sabtu (11/8) pagi. Namun, setibanya di Yarsi, kondisi Wahyu menurun drastis dan dinyatakan koma.

Alhasil, Wahyu pun langsung diberikan perawatan kurang lebih dua jam sebelum akhirnya dirujuk ke RSUD Soedarso Pontianak di hari yang sama.

Di IGD RSUD Soedarso, dokter mendiagnosa bahwa kadar gulanya tinggi yaitu 400 dan darahnya asam. Dianggap belum membaik, Wahyu pun dipindahkan ke ICU.

“Kondisinya semakin memburuk karena di kepalanya sudah ada infeksi, leukosit tinggi, dan infeksi lambung. DI ICU itu pula dia sempat muntah darah warna hitam. Nah, karena dari pihak dokter ini sudah kurang bisa mengatasi jadi dicoba dipindahkan ke ICCU lantai dua,” imbuhnya.

Dokter kembali mendiagnosa kalau terjadi pembengkakan otak, meski gula darahnya menurun. Malamnya sekitar jam 12 tidak ada perubahan.

“Baru sekitar jam 2 subuh kita dapat kabar bahwa tiba-tiba nafasnya berhenti dan langsung diberikan penanganan darurat, namun tidak berhasil dan Wahyu dinyatakan meninggal pada pukul 2.30,” jelasnya.

Sehari sebelum Wahyu meninggal, Koko mengaku sudah melapor ke Dinas Kesehatan lewat puskesmas yang melakukan vaksin.

“Kami diskusi di dalam ruangan dan dari dinas kesehatan menyarankan kalau ingin bertanya lebih lanjut langsung ke dokter spesialis anak di hari senin (hari ini-red), ternyata si Wahyu sudah meninggal duluan. Jadi kita tidak sempat bertemu dokter spesialis anak tersebut,” akunya.

Koko menambahkan sebelum divaksin, Wahyu tidak memiliki riwayat penyakit apapun dan aktif berolahraga. Hal itupun membuat pihak keluarga sangat terkejut akan kejadian ini.(riz)