Kubu Raya, BerkatnewsTV. Anjloknya harga kelapa juga berdampak kepada Abdullah (60), pemanjat kelapa dan Matoyo (62), pengupas sabut kelapa.
Keduanya terpaksa menganggur. Akibatnya, pendapatan pun hilang. Kondisi ekonomi mulai menurun.
“Sejak harga kelapa turun, tidak ada lagi panggil untuk panjatkan pohon kelapa,” kata Abdullah.
Padahal, bulan-bulan ini sudah memasuki masa panen kelapa. Bahkan ia biasa mendapatkan pekerjaan memanjat kelapa dari beberapa orang pemilik kebun.
“Upahnya Rp350 per buah. Kalau sudah diturunkan hasilnya lumayan lah, bisa diatas dua jutaan karena banyak kelapa yang diturunkan,” tutur warga Parit Wa’ bibah RT 003 RW 005 Dusun Mawar Desa Sui Itik Kecamatan Sui Kakap ini.
Nada yang sama dilontarkan Matoyo, warga Parit Lintang Desa Sui Kakap Kecamatan Sui Kakap.
Matoyo biasanya juga mengupas sabut kelapa yang tempurungnya dijual untuk dijadikan arang.
“Tempurungnya dibakar terus diambil arangnya untuk dijual. Per kilonya Rp3.300, Hasilnya dapatlah sekitar Rp40 ribu per hari. Biasanya saya mengerjakan dalam waktu lima hari dapat 17 kilo,” ungkapnya.
Namun lantaran harga kelapa anjlok itu tidak lagi mendapatkan pekerjaan.
“Sudah dua minggu saya tidak ikut ambil upah ngumpul kelapa. Belum lagi saya mulai sakit kan jadi agak susah,” tuturnya.(riz)