Puluhan Tahun Bergelut Dengan Jarum dan Benang Sol

Ujang sedang melayani pelanggannya mengesol sepatu yang telah digelutinya puluhan tahun.
Ujang sedang melayani pelanggannya mengesol sepatu yang telah digelutinya puluhan tahun. Foto: Tommy

Kubu Raya, BerkatnewsTV. Ujang begitu ia biasa disapa, telah menggeluti usaha sol sepatu dari jaman sekolah yakni tahun 1993.

Berawal dari sol keliling hingga kini ia mangkal di Jalan Sui Raya Dalam II Kabupaten Kubu Raya. Tentu suka duka sudah banyak Ujang lewati.

Pria berusia 43 tahun ini tetap semangat menjalani hari harinya yang tak terpisahkan dari terik matahari dan debu polusi udara.

Kendati kebisingan suara motor yang berlalu lintas terdengar namun tak menyurutkan konsentrasinya merajut benang dengan jarum mensol satu sepatu ke sepatu lainnya.

Saat ditemui ujang sedang duduk sembari memperbaiki sandal milik pelanggan. Ia duduk di pondok yang beratap terpal. Di atas meja kecil, terlihat banyak bahan untuk mengesol sepatu ataupun sandal.

Ternyata Ujang telah 29 tahun menggeluti profesinya sebagai tukang sol sepatu.

“Ini sudah menjadi bagian dari kehidupan saya, sudah hampir tiga dekade saya menggeluti usaha ini, dari jaman saya sekolah sembari bekerja sol keliling. Setelah menikah sekitar tahun 2003 saya memutuskan untuk membuka sol sepatu di Jalan Sui Raya Dalam,” ujarnya ditemui BerkatnewsTV, Senin (1/8).

Padahal pria pekerja keras ini tinggal di Siantan Pontianak Utrara yang jaraknya puluhan kilometer. Setiap hari ia berangkat ke tempat usahanya mulai pukul 7.00 WIB dan baru pulang pukul 17.00 WIB.

Baca Juga:

Jumlah pesanan yang biasa diterima Ujang setiap hari tak menentu. Terkadang bisa menerima orderan 10 hingga 20 pasang sepatu atau sandal per harinya. Harga yang dipatoknya juga bervariasi, tergantung dengan kerusakan yang harus ia perbaiki.

“Biasanya saya mematok mulai harga Rp5 ribu hingga Rp20 ribu. Untuk sepasang sepatu besar seperti pantofel dan boots Rp20.000 hingga Rp30.000 tergantung juga kondisi sepatunya. Jika hanya perbaikan kecil saja, kadang-kadang saya gratis ataupun sukarela saja,” ungkapnya.

Meski demikian, Ujang tak pernah putus asa. Semua ia lakukan penuh semangat dengan harapan suatu saat kehidupan ekonomi keluarganya akan berubah menjadi lebih baik lagi.

Bahkan dari usaha ini pula ia mampu menghidupi istri dan kedua anaknya, salah satu anaknya duduk di kelas tiga SMA. Semua itu dilakoninya semata-mata agar asap dapur tetap mengepul.

Saat ini Ujang belum memikirkan untuk mencari rezeki dari usaha lain dikarenakan pelangganya sudah sangat banyak. Sehingga ia masih fokus untuk menjalani usaha yang sudah digeluti puluhan tahun itu.(tom)