Sanggau, BerkatnewsTV. Peran camat, lurah dan kades dinilai penting bantu menurunkan kasus stunting di Sanggau.
“Harapan kita, Kades ataupun Lurah bisa kumpul di kantor camat masing-masing untuk mengikuti rembuk stunting. Kita juga berharap peran aktif dan partisipasi camat, kades maupun lurah, nanti ada diskusi. Namanya juga rembuk ya, pasti ada usulan untuk perbaikan program kita dalam upaya percepatan penurunan stunting di Sanggau,” kata Wakil Ketua II Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Sanggau Yulia Theresia, Selasa (26/7).
Yulia yang juga Kepala Bappeda Kabupaten Sanggau itu mengatakan, rembuk stunting yang digelar Agustus mendatang akan membahas pematangan strategi percepatan penurunan angka stunting.
Dikatakannya, saat ini masing-masing OPD yang masuk dalam TPPS tengah memvalidasi kelengkapan data dasar kesehatan ibu hamil dan menyusui, bayi serta anak.
“Hasil validasi itu akan menjadi acuan dalam progres di tahun 2022. Dan bersama hasil kesepakatan dan kesepahaman seluruh OPD yang tergabung dalam TPPS Kabupaten Sanggau agar sesuai dengan indikator yang terbaru,” ujar dia.
Menurut Yulia, gagasan dan peran aktif camat, lurah serta kades sangat dibutuhkan agar sinergitas atau konvergensi program kegiatan antar OPD kabupaten hingga desa dan stakeholder lainnya dapat berjalan baik untuk menurunkan kasus stunting.
Baca Juga:
Sebelumnya, Dinas Kesehatan Kabupaten Sanggau mencatat, dari 14 kecamatan yang ada di Kabupaten Sanggau, ada tiga Kecamatan dengan kasus stunting paling tinggi.
Ketiga Kecamatan penyumbang kasus stunting tertinggi tersebut adalah Kecamatan Entikong, Noyan, dan Mukok.
“Untuk angka belum kita tarik datanya dari Balita Bawah Garis Merah (BBGM). Sekitar akhir bulan Juni ini akan saya tarik, nanti baru ketahuan,” kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Dinkes Sanggau, Najori.
“Untuk penurunan stunting itu kan kita fokus pada 1000 hari kehidupan atau 0-23 bulan. Per juni 2022 angka stunting 20,844 persen. Sementara target untuk pendataan 15.734 bayi yang harus kita data. Entri data sudah mencapai 70 persen. Itu untuk 1.000 hari kehidupan,” ujar dia menambahkan.
Lanjut Najori menjelaskan, untuk balita 24-59 bulan, data sasaran sekitar 24.077 balita. Dari jumlah itu baru ter-enteri 8.384 bayi atau 34,67 persen. Dan dari 8.384 itu angka kasus stunting sekitar 20,33 persen.
“Karena stunting kita di pisah-pisah. Ada 1.000 hari atau 0-23 bulan kehidupan, dan 24-59 bulan. Tapi secara keseluruhan angka stunting 19,22 persen. Kalau target tiga bulan pertama. Untuk tahun 2022 target kita 18 persen. Tapi sampai triwulan pertama ini Januari sampai Juni, itu kita kan 19,22 persen. Tapi itu boleh dikatakan masih tinggi. tapi ini masih setengah tahun. Harapan kita tahun 2022 akhir bisa menurun,” harapnya. (pek)