Tidak “Buying Panic”, Stok Migor Dijamin Aman. OP 18 Ton di Empat Kecamatan

Pertemuan antara Pemkab Kubu Raya, DPRD Kubu Raya, TNI/Polri, Produsen Migor dan distributor terkait ketersediaan migor di Kubu Raya.
Pertemuan antara Pemkab Kubu Raya, DPRD Kubu Raya, TNI/Polri, Produsen Migor dan distributor terkait ketersediaan migor di Kubu Raya. Foto: ist

Kubu Raya, BerkatnewsTV. Ketersediaan minyak goreng (migor) di Kabupaten Kubu Raya dijamin aman dan bakal tidak terjadi kelangkaan seperti daerah lain.

Sebab, kebutuhan minyak goreng di Kubu Raya akan dapat terpenuhi melalui pasokan dari produsen serta distributor. Ditambah lagi akan digelar operasi pasar di beberapa kecamatan.

Kepastian itu terungkap saat pertemuan antara Pemkab Kubu Raya, DPRD Kubu Raya, produsen minyak goreng di Kalbar Wilmar grup, distributor maupun agen, disperindagkop maupun TNI/ Polri, Selasa (15/3).

Wakil Ketua DPRD Kubu Raya Suharso menyebutkan berdasarkan kalkulasi perhitungan bahwa kebutuhan minyak goreng di Kubu Raya sebanyak 18 ribu ton per bulan.

“Dari jumlah itu, Wilmar Grup mampu menyuplai sebanyak 10 ribu ton dan sisanya dari beberapa distributor yang didatangkan dari Jawa,” tuturnya, Selasa (15/3).

Dengan jumlah sebanyak itu menurut Suharso masyarakat hendaknya tidak perlu panik atau terjadi buying panic. Padahal, sebenarnya tidak terjadi kelangkaan di masyarakat. Namun akibat terjadinya buying panic, maka masyarakat berbondong-bondong membeli dalam jumlah banyak.

Baca Juga:

“Jadi, masyarakat diimbau tidak panik. Apalagi tidak lama lagi akan ada operasi pasar di empat kecamatan yakni Kecamatan Sui Raya, Sui Ambawang, Sui Kakap dan Rasau Jaya,” terangnya.

Operasi pasar akan menyiapkan minyak goreng sebanyak 18,9 ton yang dibagi di empat kecamatan. Dimana untuk Kecamatan Sui Raya 4,2 ton, Kecamatan Sui Ambawang sebanyak 6,3 ton, Kecamatan Sui Kakap sebanyak 4,2 ton dan Kecamatan Rasau Jaya sebanyak 6,3 ton.

Terkait soal harga disebutkan Suharso bahwa menurut pengakuan produsen dan para distributor hal ini terjadi dikarenakan biaya produksi dan yang tinggi serta biaya distribusi yang mahal.

Dimana saat ini harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit berada diharga Rp3.000 – Rp3.500 per kg. Sementara 1 kg TBS hanya mendapatkan 20 persen bahan baku migor. Jika 5 kg baru mendapatkan 1 liter bahan baku minyak.

“Sementara pemerintah telah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp14.500 per liter. Harga ini tidak seimbang dengan biaya produksi tersebut. Apalagi, jika minyak goreng ini didatangkan dari luar Kalbar maka akan lebih besar lagi costnya,” tuturnya.

Kendati demikian Suharso meminta agar ketersediaan minyak goreng tetap dapat teratasi mengingat hal itu telah menjadi kewajiban yang harus dipenuhi dan merupakan kebutuhan sehari-hari.

“Kalau pun ada kenaikan harga tidak terlalu membebankan masyarakat, tidak tiba-tiba langsung terjadi lonjakan,” harapnya.(rob)