Sintang, BerkatnewsTV. BMKG telah memberikan peringatan dini banjir di Sintang sejak bulan Agustus lalu. Peringatan dini itu telah disampaikan ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sintang.
Kepala Pelaksana BPBD Sintang Bernhad Saragih akui sejak adanya peringatan dini dari BMKG tersebut, pemda telah melakukan edukasi dan peringatan kepada warga terutama yang tinggal di bantaran Sui Kapuas dan Sui Melawi.
“Sehingga sejak 31 Agustus 2021 kami sudah menetapkan status siaga bencana. Apalagi tanggal 2-4 Oktober hujan lebat di Sintang mengakibatkan banjir bandang. Maka 5 Oktober 2021 kami menaikan menjadi status tanggap darurat batingsor. 19 Oktober 2021 status tanggap darurat diperpanjang,” ungkapnya dihadapan Kepala BNPB, Sabtu (20/11).
Banjir bandang tersebut terjadi di Kecamatan Kayan Hulu, Kayan Hilir, Ambalau dan Serawai. Namun sambung Bernhad, saat itu belum dibentuk satgas lantaran dinilai pemda masih mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat korban banjir.
“Akan tetapi hujan terus tak berhenti hingga 21 Oktober 2021 terjadi hujan lebat dan Kota Sintang dilanda banjir besar. Puncaknya pada tanggal 16 November,” ucapnya.
Banjir melanda di 12 kecamatan, 16 kelurahan dan 175 desa. dengan ketinggian mencapai 4 meter. Data korban sebanyak 35.657 KK atau 123.938 jiwa dengan jumlah pengungsi sebanyak 7.496 KK atau 26.332 jiwa.
Fasilitas umum dan fasilitas sosial yang terendam banjir yakni perkantoran ada 9 unit. Pusat perekonomian dan lalu lintas terganggu, banyak pasar yang rusak.
“Saat banjir bandang dan banjir pasang ada 4 orang yang meninggal dunia, meskipun bukan karena banjir secara langsung. Tetapi adanya faktor kelalaian,” tuturnya.
Baca Juga:
- Perkebunan dan Pertambangan Penyebab Sungai di Sintang Rusak Parah
- Kementerian PUPR Buat Geobag Atasi Banjir Sintang
Disebutkan Bernhard, selain tingginya intensitas hujan, penyebab banjir juga karena luapan air Sui Kapuas dan Sui Melawi yang mengaliri Kota Sintang.
Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG Pusat Eko Prasetyo menyebutkan fenomena La Nina saat ini sedang terjadi di beberapa wilayah.
“Kabupaten Sintang merupakan daerah yang bukan berada di dataran tinggi tetapi dataran rendah. Sehingga dampak yang dirasakan adalah langsung dan tidak langsung seperti banjir kiriman. Lingkungan juga harus kita perhatikan sehingga air hujan di wilayah ini bisa cepat mengalir ke hilir sungai dan ke laut tanpa ada hambatan,” terangnya.
“kepedulian terhadap lingkungan harus nomor satu. Bagaimana air hujan bisa cepat mengalir ke hilir dan cepat meresap ke tanah. Update terhadap perubahan lingkungan harus kita lakukan. Pribahas sedia payung sebelum hujan harus dilakukan pemkab Sintang. Selain siapkan payung, kita juga siapkan perahu karet, sedia gergaji mesin kalau ada pohon tumbang,” pesannya.
Sementara itu Kepala BNPB Pusat Mayjen TNI Suharyanto menegaskan pihaknya datang sekaligus memberikan bantuan untuk korban banjir.
“Kami BNPB ke sini tidak hanya bicara. Kami akan memberikan bantuan seperti selimut, terpal atau tenda kecil, lauk pauk, makanan siap saji serta pembiayaan,” ujarnya.
Suharyanto meminta dilakukan pendataan riil korban banjir sehingga dapat diketahui kebutuhan yang diperlukan.
“Saya ke sini kan ditemani para deputi, jadi kami siap membantu. Silakan data kebutuhan, kalau kurang sampaikan ke kami. Saya mendengar banyak yang tidak mau mengungsi dan memang tidak bisa kita paksa. Tetapi jangan sampai mereka kelaparan,” pesannya.
Diakui Suharyanto dirinya pernah bertugas di Kalimantan selama 10 tahun sejak tahun 1990 – 2000. Namun tidak pernah mendengar Sintang dilanda banjir sebesar saat ini.
“Baru kali ini terjadi. Hasil analisa akademi, akibat daya dukung lingkungan untuk menampung air sudah tidak seperti dulu lagi” ungkapnya.(sus)