Buat Paspor Cukup Sehari, Terlambat Dilayani Diganti Biaya Transport

Kelompok penari Tidayu dan BETI yang akan memberikan hiburan kepada pemohon pembuat paspor.
Kelompok penari Tidayu dan BETI yang akan memberikan hiburan kepada pemohon pembuat paspor. Foto: Mizar 

Singkawang, BerkatnewsTV. Kantor Imigrasi Kelas II Non TPI Singkawang telah meluncurkan inovasi-inovasi baru untuk memaksimalkan pelayanan kepada masyarakat khususnya dalam percepatan pelayanan pembuatan paspor. 

“Inovasi-inovasi yang dimaksud, antaralain, pertama, inovasi pemberian paspor gratis satu hari jadi bagi pemohon paspor karena pemeriksaan berkas lebih dari dua menit (More Than Two Minutes/MT2M,” kata Kepala Kantor Imigrasi Kelas II Non TPI Singkawang, Tessar peluncuran inovasi, Selasa (14/7)

Dua, inovasi pemberian kompensasi biaya transportasi lokal bagi pemohon paspor yang tidak dilayani lebih dari dua jam pada tahap pemeriksaan berkas atau tahap foto wawancara. 

Tiga, inovasi Pos Lintas Batas (PLB) atau surat perjalanan lintas batas adventure (PLB Adventure). Empat, inovasi pemberian (penyerahan) paspor dengan tarian Tidayu dan tarian NKRI (BETI). 

Menurutnya, proses pelayanan keimigrasian di Kantor Imigrasi Singkawang yang dikemas dengan mengangkat budaya lokal tarian Tidayu serta NKRI, tentunya menggambarkan keberadaaan masyarakat Kota Singkawang yang didominasi tiga etnis/suku tersebut. 
Kepala Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Provinsi Kalbar, Pramella Yunidar Pasaribu apresiasi inovasi tersebut.

“Karena ditengah pandemi Covid-19 Kantor Imigrasi Singkawang masih bisa berkarya dan menuangkan ide-ide pikirannya,” katanya. 

Kemudian, pada pelaksanaan penyerahan paspor ini juga adalah merupakan sebuah ide yang sangat bagus. Karena pelayanan diusung dengan pagelaran seni budaya yang ada di Singkawang.

“Saya berharap, apa yang dilakukan oleh Kantor Imigrasi Singkawang bisa memotivasi seluruh Kantor Imigrasi yang ada di Kalbar,” ujarnya.

Baca Juga:

Wali Kota Singkawang, Tjhai Chui Mie menyarankan penyerahan paspor melalui pagelaran seni dan budaya. Apalagi, Singkawang terdapat 17 paguyuban seni budaya. Melalui budaya, katanya, tentu akan mempererat persatuan dan kesatuan yang ada di Kota Singkawang.  

“Sebagai bukti, bahwa Kota Singkawang sudah pernah mendapatkan predikat sebagai kota yang tertoleran di Indonesia. Sehingga, dengan adanya acara seperti ini tentu bisa membuat kita untuk mempertahankan predikat yang sudah pernah kita raih,” ujarnya.(mzr)