Sanggau, BerkatnewsTV. Dinas Kesehatan Sanggau mencatat baru sekitar 54,03 persen warga Sanggau yang memiliki jamban sehat.
“Semakin tinggi warga yang tidak mampu mengakses jamban sehat, maka semakin tinggi pula potensi terserang berbagai penyakit, termasuk diare,” ungkap Kasi penyehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga Dinas Kesehatan Sanggau Junadi, Jumat (4/10).
Menurutnya jika balita sering mengalami diare dalam jangka waktu yang lama akan berpotensi terjadi stunting meskipun keluarga mampu memenuhi makanan yang bergizi bagi balitanya.
Hal ini terjadi, lanjut dia, karena pada balita yang mengalami diare kronis akan terjadi kerusakan pada usus sebagai akibat rusak atau menurunnya fungsi vilia-vilia usus untuk mengabsorbsi atau menyerap nutrisi yang dibutuh untuk pertumbuhan dan perkembangan.
“Tantangan kita ini kan merubah prilaku orang, ini tidak mudah. Mereka yang belum memiliki jamban sehat mungkin belum menyadari bahwa selain meningkatkan harga diri pemiliknya, juga membawa dampak yang sangat baik,” terangnya.
Kalau dilihat dari aspek kesehatan, BABS bisa berdampak buruk bagi kesehatan mereka jika prilaku tak mau memiliki jamban ini terus dipertahankan.
Junaidi menyebut, buang air besar di jamban sehat merupakan suatu cara untuk memutus mata rantai penularan penyakit – penyakit berbasis lingkungan seperti cacingan, muntaber, kolera dan penyakit menular lainnya.
Maka, jamban untuk buang air besar harus memenuhi syarat kesehatan antara lain tidak mencemari air, tidak mencemari tanah permukaan, bebas dari serangga atau vektor, tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan, aman digunakan oleh pemakainya, mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi pemakai dan orang lain disekitarnya dan tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan.
Tak perlu butuh biaya banyak dan berbagai macam material, masyarakat bisa membuat jamban sehat dan tahan lama tanpa harus merogoh kocek yang dalam.
“Yang jelas tidak perlu mahal, apalagi.kalau dikampung – kampung, kayukan banyak. Yang penting tertutup dan tidak mudah dimasuki fektor berbahaya,” pungkasnya.(dra)