loading=

SDN 12 di Kuala Karang Roboh Terkikis Abrasi, Sisa Dua Kelas Masih Bertahan

SDN 12 di Kuala Karang Roboh Terkikis Abrasi, Sisa Dua Kelas Masih Bertahan
Kondisi SDN 12 di Desa Kuala Karang, Kecamatan Teluk Pakedai yang roboh akibat terkikis abrasi pantai. Dan saat ini hanya tersisa dua ruangan yang masih digunakan untuk proses belajar mengajar. Foto: ian/berkatnewstv

Kubu Raya, BerkatnewsTV. Kondisi SDN 12 di Desa Kuala Karang, Kecamatan Teluk Pakedai semakin hari kian memprihatinkan. Bangunan sekolah tersebut roboh akibat terkikis abrasi pantai. Dan saat ini hanya menyisakan dua ruang kelas saja yang bisa digunakan.

Hal ini lantaran dalam tiga bulan terakhir, air laut yang kerap meninggi membuat hempasan ombak terus menghantam bangunan di sekitar bibir pantai, termasuk gedung SDN 12 Kuala Karang yang berada di pinggiran.

Kepala SDN 12 Kuala Karang, Almuzanni, menceritakan dengan keadaan sedih bahwa sebagian besar ruang belajar kini sudah tidak layak digunakan.

“Sedikit demi sedikit bangunan sekolah kami tergerus abrasi. Sekarang hanya tersisa dua ruangan yang masih bisa dipakai, tiga ruangan rusak tanpa lantai, dan satu ruang kelas sudah roboh,” ujarnya saat ditemui BerkatnewsTV, Jumat (31/10).

Ia menambahkan, bencana abrasi bukan hanya mengikis tanah, tetapi juga membawa material berbahaya dari laut.

“Terkadang ombak bukan cuma air, tapi juga membawa balok kayu besar dan benda lain. Saat air surut, semua material itu tertinggal di daratan,” jelasnya.

Baca Juga:

Almuzanni mengenang, pada tahun 2023 lalu, rumah dinas kepala sekolah bahkan ambruk dihantam gelombang. Meski kondisi sekolah memprihatinkan, proses belajar mengajar tetap berjalan dengan sistem bergantian.

“Karena tidak pernah ada regrouping, 148 siswa kami tetap belajar secara estafet di ruang yang tersisa,” tambahnya.

Lebih lanjut, ia menyebut Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Kubu Raya telah berkoordinasi dengan Pemkab terkait rencana relokasi sekolah.

“Informasi yang saya terima, dari ibu Dewi selaku Kabid, sudah ada usulan relokasi di tahun 2026. Hanya saja terkendala lahan, karena masyarakat yang sempat menghibahkan tanah hanya 500 meter persegi. Padahal minimal butuh dua hektare,” bebernya.

Meski begitu, Almuzanni menyampaikan kabar baik bahwa saat ini ada empat sertifikat tanah hibah yang sedang dalam proses balik nama ke Disdikbud.

“Prosesnya masih berjalan, dan kami berharap bisa segera rampung. Kami sangat berharap pemerintah dapat mempercepat pembangunan gedung baru, karena ini sudah masuk kategori urgensi,” pungkasnya.(dian)