Kubu Raya, BerkatnewsTV. Di tengah derasnya arus pembangunan pendidikan, sebuah jembatan sederhana berbahan kayu di Desa Jeruju Besar, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, menjadi saksi bisu betapa perjuangan menuntut ilmu tak selalu melalui jalan yang mulus.
Jembatan selebar satu meter lebih dan panjang sekitar lima meter itu membentang di atas anak sungai. Namun, setiap air pasang datang, jembatan ini nyaris tak terlihat—tertelan oleh permukaan air yang meninggi.
Pondasinya hanya disanggah beberapa batang pohon kelapa yang telah lapuk dimakan usia. Setiap kali kendaraan roda dua melintas, struktur jembatan turun perlahan ke dasar air, menimbulkan decit kayu dan riak sangsi di dada para penggunanya.
Namun, tak ada pilihan lain. Bagi puluhan siswa SMK Negeri 2 Sungai Kakap, jembatan reyot itu adalah satu-satunya akses untuk menjejakkan kaki ke sekolah mereka.
Sekolah Baru, Semangat Besar, Fasilitas Terbatas SMKN 2 Sungai Kakap baru berdiri dua tahun lalu. Dengan jumlah siswa 83 orang, sekolah ini membuka dua jurusan: Akuntansi dan Desain Komunikasi Visual (DKV).
Gedungnya sudah tampak kokoh, dibalut cat putih bersih. Ruang kelas tersusun rapi—namun banyak yang masih kosong, menunggu generasi baru untuk mengisinya.
Baca Juga:
- Jembatan Kayu di Mega Timur Roboh, Warga Melintas Tercebur ke Sungai
- Dinas PUPR Pastikan Perbaiki Jebolnya Jembatan Engkayuk
Sayangnya, di balik kemegahan fisik bangunan, fasilitas dasar sekolah masih jauh dari kata ideal. Lapangan upacara belum tersedia. Sarana pendukung kegiatan belajar lainnya masih minim.
Semua kendala itu berpangkal pada lokasi sekolah yang berada di wilayah perbatasan kota, jauh dari keramaian serta berdindingkan perkebunan kelapa.
“Kami Sudah Mengajukan, Tinggal Menunggu Jawaban,” kata Hamidi, salah satu tenaga pendidik di sekolah tersebut, tak menampik kondisi ini.
“Memang baru lima kelas yang terisi, dengan jumlah siswa 83 orang. Apabila terserap semua mungkin bisa menampung sekitar 400 siswa,” ujarnya ditemui BerkatnewsTV, Rabu (15/10).
Ia mengaku pihak sekolah telah berulang kali menyampaikan kebutuhan mendesak kepada dinas terkait di Provinsi Kalimantan Barat.
Harapan di Atas Jembatan Tua
Setiap pagi, langkah kaki para pelajar melintasi jembatan rapuh itu adalah bentuk nyata optimisme. Mereka tidak hanya menyeberangi sungai, tapi juga menyeberangi batas-batas keterbatasan.
Di tengah suara air pasang dan kayu yang berderit, semangat belajar itu terus hidup. Dan mungkin, kini saatnya pemerintah provinsi Kalbar serta para pemangku kebijakan melihat lebih dekat—bahwa kadang, masa depan generasi muda hanya dipisahkan oleh sebilah jembatan. (dian)