loading=

Supir Ungkap Kejahatan Bisnis Bos. FRKP Kecewa Supir Menghilang

Supir Ungkap Kejahatan Bisnis Bos. FRKP Kecewa Supir Menghilang
Ketua Forum Relawan Kemanusiaan Pontianak (FRKP) kecewa terhadap Hendra yang tiba-tiba menghilang bak ditelan bumi setelah menceritakan kasus kejahatan bisnis bosnya sendiri

Pontianak, BerkatnewsTV. Forum Relawan Kemanusiaan Pontianak (FRKP) kecewa terhadap Hendra yang tiba-tiba menghilang bak ditelan bumi.

Padahal, Hendra yang berprofesi sebagai supir itu telah mengungkapkan berbagai kejahatan bisnis yang dilakukan oleh bosnya di sebuah perusahaan agen makanan dan pangan dari Malaysia.

Kepada Ketua FRKP Bruder Stephanus Paiman OFMCap pada 4 Oktober 2024, Hendra mengungkapkan bahwa bosnya telah menjalankan bisnis kotor seperti mendatangkan kurma yang sudah berulat dan kue-kue yang sudah kadaluarsa dari Malaysia dengan ijin palsu berupa impor bawang bombay serta cabe kering.

“Kurma yang sudah berulat kami pisahkan ulatnya dan dicuci. Kemudian diberi pengawet serta pewarna, nanti saya juga yang mengantar barang-barang tersebut ke supermarket atau toko-toko besar (tidak dijual eceran). Demikian juga dengan kue atau roti yang sudah kadaluarsa, dihapus tulisannya dan diganti dengan tulisan baru,” ungkap Stephanus menyitir cerita Hendra kala itu pada 3 Oktober 2024 di Sekretariat FRKP.

Bahkan, Hendra menyebutkan bosnya memiliki tiga gudang antara lain F1 untuk barang masuk, F2 untuk sortir barang dan F3 untuk pengepakan barang kembali.

“Dalam hal ini saya merasa berdosa terhadap umat muslim bruder karena kurma dibeli oleh umat muslim di bulan puasa dan ini sangat laris,“ ungkap Hendra kepada Stephanus.

Saat itu, Hendra merasa takut untuk melaporkan ke polisi lantaran ia juga terlibat mengerjakan barang tersebut.

“Maka saya ingin bertemu bruder yang sering saya lihat di TV atau baca di koran dan selalu menjadi pembicaraan warga karena selalu membela warga kecil atau warga yang mencari keadilan dan memperjuangkan kebenaran,” sebut Hendra.

Pada 27 Oktober 2024 sekitar pukul 15.30 WIB, Hendra didampingi pengacara FRKP serta dipantau langsung oleh Bruder Stephanus Paiman di melaporkan kejahatan bisnis bosnya Ditreskrimum Polda Kalbar.

Baca Juga:

Selang beberapa hari setelah Hendra di BAP, Bruder Stephanus menerima telpon dari seseorang yang mengatakan bahwa boss Hendra minta agar kasus ini dihentikan dan akan datang ke FRKP.

“Saat itu saya hanya mengatakan bahwa lanjut atau tidaknya kasus ini tergantung dari Hendra si pelapor yang di BAP serta pengacara yang mendampinginya,” tegas Stephanus.

Bruder Stephanus kemudian menghubungi Hendra. Akan tetapi sudah tidak direspon. “Saya telpon, masuk tapi tidak diangkat. Saya wa dibaca tapi tidak dibalas. Beberapa kali saya datangi rumahnya tapi tertutup. Tetangganya mengatakan suami istri tersebut sudah pergi, mungkin pulkam,” kata Stephanus.

Putusnya komunikasi Bruder Stephanu dan Hendra ini menjadi tidak lancarnya proses hukum yang telah bergulir di Polda Kalbar.

“Saya sudah menginformasikan kepada penyidik bahwa Hendra beberapa kali saya hubungi tapi tidak merespon. Apakah ini terkait dengan laporan Hendra sudah diketahui bossnya? Yang jelas dari sumber yang dapat dipercaya mengatakan Hendra sudah ditemui bossnya,” sebut Stephanus.

Ia mewakili FRKP mengaku kecewa dengan sikap Hendra. Padahal dia sendiri yang datang ke FRKP menceritakan kasus ini dan meminta FRKP untuk mendampinginya.

“Sekarang biarlah penyidik yang bekerja. Persoalan sekarang, bagaimana peran penyidik untuk menindaklanjuti kasus bisnis makanan yang sangat membahayakan masyarakat ini. Persoalan benar atau tidak biarlah nanti di pengadilan,” ucap si plontos dengan mimik sedih.

Selain kasus kejahatan bisnis bosnya, Hendra juga telah menceritakan dirinya merasa diperlakukan kurang adil di tempatnya bekerja. Saat istrinya sakit dan minta diantar ke puskesmas Hendra tidak diijinkan kecuali uang makannya dipotong.

Demikian juga saat anaknya mau sunatan, Hendra mau pinjam uang Rp1.500.000 tetapi uang tidak didapat hanya omelan yang diterima.(rob)