Pontianak, BerkatnewsTV. Lima pemateri perwakilan agama melakukan dialog untuk menggali resiliensi nilai keagamaan dalam kearifan lokal di era modern. Lima pemateri agama itu yakni dari Agama Islam, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu.
Dialog lintas agama ini diprakarsai oleh Prodi Studi Agama-agama (SAA) yang berlangsung di aula IAIN Pontianak, Kamis (14/11). Pemateri Agama Islam diwakili oleh Dr. Samsul Hidayat, MA., Agama Kristen oleh Dr. Felisitas Yuswanto, S.S., M.Hum., Agama Hindu oleh Ir. Putu Dupa Bandem, MMA., Agama Buddha oleh Budi Purwanto, M.Pd. dan Agama Konghucu oleh Sutadi, S.H.
Kelima pemateri menilai dialog antar agama ini sangat penting. Terutama dalam menggali resiliensi nilai keagamaan dalam kearifan lokal di era modern. Sekaligus dapat meningkatkan dan pererat toleransi antar-bangsa dan tambahan ilmu keberagaman.
Meskipun dengan berbagai latar belakang agama yang berbeda, dialog dapat berlangsung dengan lancar dengan penyampaian perspektif masing-masing dari kelima pemateri.
Baca Juga:
Narasumber dari Agama Konghucu, Sutadi, menyampaikan pesan bahwa manusia harus menjaga keseimbangan antara kesetiaan kepada Tuhan dan empati terhadap sesama dalam menjaga harmoni budaya dan agama.
Dr. Felisitas Yuswanto dari Agama Katolik menekankan pentingnya “seni perjumpaan” dalam membangun persaudaraan lintas agama. Sebagaimana yang dilakukan oleh Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar dengan Paus Fransiskus beberapa waktu lalu.
Ditambahkan Elvidius Ariwibowo salah satu peserta, menyambut positif seminar sehingga mengingatkan bahwa budaya dan agama harus selalu jalan beriringan. Sehingga menjadi hiasan dari hadirnya agama tersebut.
“Kita harus ingat bahwa kita lahir di tempat tertentu dimana di situ sudah ada budaya, maka budaya dan agama ini harus selalu jalan beriringan. Dan kalau latar belakangku sebagai seorang Katolik, budaya itu harus dikulturasikan. Tapi dengan pertimbangan-pertimbangan yang harusnya juga ketat budaya menjadi hiasan dari keberadaan agama itu sendiri,” ujarnya. (ebm)