Description

25 UMKM Produk Hortikultura Dilatih Pemasaran Digital

Asisten II Setda Pmekab Kubu Raya, Tri Indriastuty saat membuka workshop desain pengemasan, teknik pemotretan dan aplikasi e-Marketing produk aneka olahan hortikultura, Rabu (3/7). Workshop melatih 25 UMKM produk hortikultura untuk pemasaran digital. Foto: dian
Asisten II Setda Pmekab Kubu Raya, Tri Indriastuty saat membuka workshop desain pengemasan, teknik pemotretan dan aplikasi e-Marketing produk aneka olahan hortikultura, Rabu (3/7). Workshop melatih 25 UMKM produk hortikultura untuk pemasaran digital. Foto: dian

Kubu Raya, BerkatnewsTV. Sebanyak 25 pelaku UMKM produk olahan hortikultura dilatih pemasaran digital. Pelatihan menggandeng Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Polnep Pontianak.

Asisten II Setda Pmekab Kubu Raya, Tri Indriastuty apresiasi umkm dilatih pemasaran digital khususnya untuk pengelola nenas karena akan dapat meningkatkan volume pemesanannya dari konsumen lokal hingga luar daerah.

“Apalagi saat ini, komoditi nenas memang sedang murah harganya. Dengan mengikuti kegiatan ini dapat mencerahkan kembali mereka (pelaku usaha) karena diajarkan cara mempacking, desain, dan pemotretan produk,” ucapnya saat membuka workshop desain pengemasan, teknik pemotretan dan aplikasi e-Marketing produk aneka olahan hortikultura, Rabu (3/7).

“Jadi tadi sudah disampaikan ke pihak ITB dan Polnep melalui pak Sekda akan dilakukan zoom meeting, bersama UMKM lainnya,” terangnya.

Baca Juga:

Sementara Kabid Hortikultura DKPP Kubu Raya, Fitriyandi mengakui kelemahan pemasaran produk hortikultura saat ini hanya dalam bentuk pangan segar seperti petani jahe, nenas, dan jeruk purut. Faktanya komoditi ini merupakan komoditi unggulan.

“Kebanyakan para pelaku usaha tidak tahu bagaimana mengakses di sistem OSS. Terutama syarat untuk pemasaran di e-Marketnya, disinilah pelaku usaha dibuat mengerti agar mempermudah usaha mereka kedepannya,” tuturnya.

Selain itu, Fitriyandi mengharapkan produk-produk yang telah lolos e-Marketing dapat menjadi aneka produk yang berdaya saing untuk memenuhi kebutuhan pangsa pasar, bahkan dapat tampil di panen raya nanti.

“Produk-produk yang sudah dapat diolah pastinya ada penampung baik di pasar modern maupun pasar digital. Pastinya nilai jual produk akan terjadi peningkatkan,” jelasnya.

Dosen Arsitektur Pertanian Pengambilan Kebijakan ITB, Kartib Bayu menargetkan ketertarikan kaum milenial dalam sektor pertanian untuk memicu antusias kaum milenial ini perlu adanya perubahan pemasaran digital yakni dengan teknologi.

“Karena dengan adanya teknologi digital ini. Kita tidak lagi mengenal jarak, waktu bisa 24 jam yang penting ada hp, komputer yang diharapkan para konsumen dapat melihat produk olahan itu kapan saja dan dimana saja,” pungkasnya.(dian)