Kubu Raya, BerkatnewsTV. Produksi beras lokal Kubu Raya merosot. Akibatnya, berdampak mahalnya harga beras lokal di kalangan petani. Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kubu Raya menginventrasir kegagalan tersebut.
“Dari seribu lebih Gapoktan memang sering beraling fungsi para pengurusnya kalau tidak nanam ya, mereka biasa berprofesi tukang dan lainnya. Namun di saat harga beras naik, mereka kembali menanam padi,” ucap Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kubu Raya, Awaluddin.
Selain faktor iklim, Awaluddin menyebut beberapa lahan pertanian juga diserang hama. Disusul dengan tingginya sarana produksi yakni pupuk, sedangkan pupuk dengan harga murah susah didapati para petani.
Baca Juga:
“Hanya saja pemerintah pusat berencana menggelontarkan anggaran untuk pupuk dalam waktu dekat ini. Dengan jumlah pengadaan pupuk yang lumayan, ya kita tunggulah mudah-mudahan jadi solusi bagi masyarakat,” tambahnya.
Saat ini diterangkannya para petani, sudah mulai masuk tahapan akhir musim tanam rendengan yang memakan waktu lima bulan berawal dari penyemaian benih, dan perawatan.
“Memang sudah ada spot-spot tertentu yang sudah panen. Hanya pada umumnya dibulan Maret ini, lahan pertanian yang menanam di bulan November kemarin. Ini akan panen semuanya, ada sekitar 6.200 Ha siap panen dibulan Maret, April dan Mei,” jelasnya.
Sementara Kabid Tanaman Pangan, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kubu Raya Munziridiansyah menyebut di tahun 2023 dari sembilan kecamatan telah memproduksi Gabah Kering Giling (GKG) sebanyak 65.360 ton dengan produksi beras sebanyak 42.484 ton untuk kebutuhan 84 Kg per kapita.
“Ini untuk dengan jumlah penduduk 622.000 jiwa,” katanya.
Selaras dengan keterangan Kadis, Munziridiansyah menambahkan setiap tahunnya memang trend produksi padi mengalami penurunan. Terlebih diawal tahun ini, iklim sering berubah mengakibatkan produksi padi terjun bebas.
“Jadi kenaikan harga dikalangan petani lumayan tinggi, bisa mencapai Rp 14.000 hingga 15.000 per kilo beras,” bebernya. (dian)