loading=

OPINI–Pondok Pesantren, Pencetak Generasi Terbaik Generasi Masa Depan di Masa Moderenisasi

Apa yang ada dalam fikiran kita, ketika mendengar kata Pondok pesantren? Suatu Tempat atau Lembaga untuk belajar ilmu agama (mengaji Al-Qur’an dan kitap-kitap kuning atau klasik)
Apa yang ada dalam fikiran kita, ketika mendengar kata Pondok pesantren? Suatu Tempat atau Lembaga untuk belajar ilmu agama (mengaji Al-Qur’an dan kitap-kitap kuning atau klasik)

Apa yang ada dalam fikiran kita, ketika mendengar kata Pondok pesantren? Suatu Tempat atau Lembaga untuk belajar ilmu agama (mengaji Al-Qur’an dan kitap-kitap kuning atau klasik) dan memperbaiki akhlakul karimah dengan mondok, atau bermukim di tempat atau Lembaga tersebut yang di asuh oleh seorang kiyai sebagai pemangku tertinggi?

Dan apa yang diinginkan atau dicita-citakan para orang tua calon santri, ketika anak-anaknya hendak masuk pesantren? Umumnya, mereka ingin agar anak-anaknya menjadi anak shaleh dan pandai dalam ilmu agama.

Atau dengan istilah lain, ingin anaknya menjadi ulama(orang yang berpengetahuan tentang agama islam) dan memiliki akhlakul karimah yang mulia.

Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua di indonesia yang didalamnya terdapat sebuah pendidikan tradisional ataupun modern yang banyak ikut andil dalam pengembangan pendidikan islam di tanah air ini.

Secara faktual keberadaan pesantren sangat dibutuhkan masyarakat dikarenakan telah dipercayai bahwa pesantren adalah tempat yang banyak mencetak santrinya menjadi pribadi yang baik dan bermoral tinggi dan menjadi panutan di masyarakat.

Eksistensi Pondok pesantren di era globalisasi yang penuh dengan modernisasi sangat membantu anak-anak kita dalam pendidikan baik itu pendidikan agama, moral (akhlak, sosial ataupun Pendidikan umum sehingga pondok pesantren menjadi tonggak penting dalam tingkat moralitas anak-anak di dalamnya, yang faktanya akan mencetak generasi muda yang mempunyai pengetahuan religious, berpengetahuan umum yang luas, dan berakhlak tinggi sehingga mampu bersaing di era modernisasi seperti saat sekarang ini.

Saat ini keberadaan pesantren sebagai lembaga pendidikan islam mulai berkembang dengan pesat dan sangat diterima dikalangan masyarakat pada umunya, sehingga pendidikan di pesantren yang semula hanya mengacu pada seputar pendidikan tradisional (salaf) kini mulai menerapkan juga pendidikan modern (sekolah- sekolah umum).

Penerapan Pendidikan tradisional (salaf) tetap dipertahankan dengan kajian kitab kuningnya yang tentunya diajari langsung oleh sang kyai, pada kenyataannya praktek pendidikan tradisional (salaf) dan pendidikan modern (umum) jugak di ajarkan supaya para santri tidak tertinggal dengan ilmu umum.

Seorang santri dapat memperoleh ilmu yang manfaat jika ia memiliki keyakinan dan kemauan yang tinggi dalam menuntut ilmu tak lupa juga dengan niat untuk ngalap barokah dari sang guru (kyai). Kemajuan pesantren tak luput dari perjuangan dan doa dari seorang kyai yang dengan ikhlas meyalurkan ilmunya pada santri-santrinya jadi secara tidak langsung dalam ranah pendidikan pondok pesantren selalu diselimuti oleh keikhlasan dan kebarokahan yang tentunya bisa mencetak pribadi santri yang luar biasa yaitu berilmu agama yang mumpuni, berpengetahuan ilmu umum yang luas dan ber akhlakul kariamah yang tinggi.

Selain itu, pesantren juga dapat melahirkan santri yang mempunyai akhlak yang tinggi karena seorang santri tentu beda dari yang lain baik itu dari segi penampilan, sikap dan potensinya Semua itu dikarenakan lingkungan dan pendidikan yang mereka tempuh didalam pondok pesantren.

Pendidikan akhlak memang sangat banyak diterapkan di pondok pesantren yang tentunya tidak hanya berbentuk teori tapi juga dalam penerapannya yang menjadi acuan penting dalam terciptanya pribadi yang berakhlakul karimah, selain itu keberadaan pendidikan di pesantren banyak mengajarkan tentang arti sopan santun yang nantinya dapat diterapkan di lingkungan masyarakat sebagai acuan untuk menghadapi lingkungan yang memang sudah tersentuh oleh modernisasi maupun westernisasi.

Beberapa ulama berpendapat bahwa kata santri memiliki makna tersendiri yang tentunya merupakan syarat untuk menjadi seorang santri sejati, kata santri seperti pada tulisan pegon arab memiliki makna di setiap hurufnya.

Pertama ; saalikun ilal aakhirot yang berarti santri harus menuju pada jalan akhirat, dalam artian seorang santri sejati mampu memenej diri untuk selalu melakukan hal-hal yang diperintah oleh Allah dan menjauhi larangannya.

Kedua ; naaibun anil masaayikh yang berarti santri adalah generasi pengganti para guru atau ulama, sebagai seseorang yang menjadi musyafir penuntut ilmu maka sudah wajib baginya untuk memanfaatkan ilmu yang di perolehnya dan hal itu bisa dikatakan bahwa seorang santri bisa meneruskan perjuangan seorang ulama.

Ketiga ; taarikun anil maasiy yang berarti santri harus mampu menjauhkan diri dari kemaksiatan, karena seorang santri sejati harus mampu menjaga moralitas diri dimanapun ia berada.

Keempat ; raaghibun fil khoirot yang berarti santri harus senang dalam hal kebaikan, dan hal ini menjadi dorongan bagi setiap orang untuk menghindar dari hal-hal buruk dan kemaksiatan.

Kelima ; yarjuu as-salamah fiid diini wad dunyaa wal aakhiroh yang berarti santri harus saling mengharap keselamatan didalam agama, dunia dan akhirat.

Dari beberapa makna kata santri diatas mencerminkan bahwa pondok pesantren mampu mengakomodasi dan mendidik para santri dengan baik karena seorang santri sejati mampu memiliki 5 syarat yang menjadi landasan dalam hidupnya. Serta selain mengedepankan kemajuan IPTEK mereka juga akan melandasinya dengan iman dan taqwa karena keduanya sama diperlukan dalam kehidupan social masyarakat.

Secara realitas jika hanya mengedepankan salah satu diantara keduanya maka tentu tidak akan seimbang karena keduanya memiliki kaitan yang sangat erat yang nantinya akan membantu manusia bangkit dari masalah kehidupan fatamorgana ini. Tidak dapat dipungkiri bahwa realita kehidupan saat ini penuh dengan tantangan dan rintangan serta penuh persaingan yang ketat, maraknya westernisasi yang sudah merambat di kehidupan masyarakat banyak memiliki dampak negatif utamanya untuk kaula muda.

Dengan itu, pendidikan yang baik sangat penting untuk menangani fenomena tersebut salah satunya keberadaan pesantren di sekitar kita yang dapat melahirkan pribadi yang bermoralitas tinggi, sopan santun dan berakhlakul karimah.

Kondisi masyarakat hari ini ketika diwarnai oleh corak kehidupan yang kapitalistik, yakni sebuah paham yang menjadikan segala sesuatu senantiasa dipandang dari sudut materi atau ekonomi semata. Termasuk memandang keberadaan pesantren. Berbeda halnya ketika masyarakat diwarnai dengan corak kehidupan yang islami, maka segala sesuatu dipandang sebagai ladang untuk memperoleh kemaslahatan bagi umat Islam, demi meraih keridhaan Allah Swt. Termasuk dalam memandang lembaga pendidikan. Hal ini bisa digambarkan sebagai berikut:

Pertama, bahwasannya Islam memberikan gelar bagi kaum muslim sebagai ummat terbaik (khairu ummah). Hal ini sebagaimana firman Allah Swt. berikut:

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ

“Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia; melakukan amar makruf nahi mungkar dan mengimani Allah.” (QS Ali Imran [3]: 110).

Terkait umat terbaik, ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasul saw. saat beliau sedang di atas mimbar, “Siapakah manusia terbaik?” Rasul saw. menjawab,

خَيْرُ النَّاسِ أقْرَؤهُمْ وَأَتْقَاهُمْ للهِ، وآمَرُهُمْ بِالمعروفِ، وأنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ، وَأَوْصَلُهُمْ لِلرَّحِمِ

“Manusia terbaik adalah yang paling banyak membaca dan memahami (Al-Qur’an), yang paling bertakwa kepada Allah, yang paling banyak melakukan amar makruf nahi mungkar dan yang paling sering menyambung silaturahmi.” (HR Ahmad)

Kunci pesantren adalah kurikulumnya yang masih original dan sesuai dengan kebutuhan para santri untuk kehidupan di masyarakat, dipandang perlu demi menghindari campur tangan pihak luar terhadap kurikulum dan sistem pendidikan di pesantren. Dan yang jauh lebih luar biasa lagi, ketika pesantren ada di bawah naungan sistem Islam.

Sudah dipastikan mampu melahirkan generasi terbaik yang tiada duanya. Generasi yang faqqih fiddin, mujtahid dan mujahid. Bahkan lebih dari itu, mereka pun bisa jadi ilmuwan muslim yang tetap berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Hadist.

Penulis:
Alfun Tawandi
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Alqolam
Malang Jawa Timur