loading=

Ketapang Targetkan Turunkan Kemiskinan Ekstrem

Staf Ahli Bupati Ketapang Bidang Ekonomi dan Pembangunan Maryadi Asmuie saat membuka Lokakarya Pengembangan Model Penanggulangan Kemiskinan Ekstrem, Kamis (7/9).
Staf Ahli Bupati Ketapang Bidang Ekonomi dan Pembangunan Maryadi Asmuie saat membuka Lokakarya Pengembangan Model Penanggulangan Kemiskinan Ekstrem, Kamis (7/9). Foto: naufal

Ketapang, BerkatnewsTV. Pemkab Ketapang menargetkan untuk menurunkan kemiskinan ekstrem.

Angka kemiskinan di Ketapang menurut BPS tahun 2022 adalah sebesar 9,39%. Dari angka tersebut berdasarkan data Pensasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE) dari hasil Pendataan Keluarga 2021/2022 angka kemiskinan ekstrem di Ketapang adalah sebesar 3,57%. Jika dibandingkan dengan rata-rata di Kalimantan Barat yakni di angka 1,41%.

“Saya percaya bahwa dengan berbagi pengetahuan, pengalaman, dan sumber daya yang ada, kita dapat menciptakan model yang komprehensif dan berkelanjutan mengatasi kemiskinan ekstrem,” kata taf Ahli Bupati Ketapang Bidang Ekonomi dan Pembangunan Maryadi Asmuie saat Lokakarya Pengembangan Model Penanggulangan Kemiskinan Ekstrem, Kamis (7/9).

Baca Juga:

Menurutnya, model ini harus dapat membantu masyarakat memperoleh akses ke pendidikan yang berkualitas, layanan kesehatan yang baik, pekerjaan yang layak, serta mendukung usaha ekonomi lokal masyarakat.

Ia sebutkan angka kemiskinan ekstrem di Indonesia adalah 0%. Tentu ini bukan pekerjaan yang mudah bagi bangsa Indonesia dan juga Pemerintah Daerah, mengingat kemiskinan ini adalah urusan konkuren yang menjadi tanggung jawab bersama.

Sementara itu Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Ketapang Harto menjelaskan, kategori kemiskinan ekstrem diukur dengan menggunakan Absolut Property Measure setara dengan 1,9 US$ Purchasing Power Parity (PPP) per hari atau setara dengan Rp 322.170/bulan dan Rp 10.739/hari.

“Kemiskinan Ekstrem lebih kepada memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat tinggal dan kesehatan, atau pengangkatan dari kondisi ekstremitas kemiskinan serta memerlukan respon cepat,” jelasnya.(naf)