Description

Polres Ketapang Beberkan Karhutla ke Kapolri. 112 Kasus 1.255 Ha Terbakar

Wakapolres Ketapang Kompol Eko Mardianto menyampaikan kasus karhutla di Ketapang kepada Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo saat pantau karhutla lewat virtual dari Mako Brimob Polda Kalbar, Sabtu (2/9). Foto: naufal
Wakapolres Ketapang Kompol Eko Mardianto menyampaikan kasus karhutla di Ketapang kepada Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo saat pantau karhutla lewat virtual dari Mako Brimob Polda Kalbar, Sabtu (2/9). Foto: naufal

Ketapang, BerkatnewsTV. Polres Ketapang mengungkapkan telah ada sebanyak 112 kasus karhutla sepanjang Januari – Agustus 2023 dengan jumlah lahan yang terbakar seluas 1.255,05 hektare.

Hal itu dibeberkan Wakil Kapolres Ketapang Kompol Eko Mardianto kepada Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo saat pantau karhutla lewat virtual dari Mako Brimob Polda Kalbar, Sabtu (2/9).

Virtual dilaksanakan di km 4 Jalan Pelang Tumbang Titi, Desa Tumbang Titi, Kecamatan Matan Hilir Selatan, Kabupaten Ketapang.

Eko menjelaskan, Kabupaten Ketapang memiliki luas wilayah 31.588 km persegi, dari 20 kecamatan terdapat 15 kecamatan masuk dalam rawan karhutla.

“Dari 15 kecamatan tersebut ada 5 kecamatan yang menjadi prioritas yaitu Kendawangan, Matan Hilir Selatan, Benua Kayong, Muara Pawan dan Matan Hilir Utara,” paparnya.

Pada bulan Januari hingga Agustus 2023 telah terjadi 112 kejadian karhutla, Kecamatan Matan Hilir Selatan menjadi lahan terluas yang terbakar yaitu 1.255,05 hektar.

Baca Juga:

“Untuk mengatasi karhutla semakin membesar, kami telah melaksanakan beberapa hal seperti membentuk satgas karhutla Kabupaten Ketapang, menata kelola air di lahan gambut, membentuk Masyarakat Peduli Api, pembuatan menara pantau api dan menerapkan Perda Provinsi Kalimantan Barat No 1 Tahun 2022 serta Perbub Bupati No 37 Tahun 2020,” terangnya.

Masih kurangnya kesadaran masyarakat tentang pembukaan lahan berbasis kearifan lokal seringkali menjadi penghambat dalam penanganan dan pencegahan karhutla. Selain itu karhutla banyak terjadi pada lokasi yang jauh tidak terdapat akses jalan, sumber air sera jumlah dan sarpras terbatas.

“Kebakaran yang terjadi di lahan gambut masih sulit untuk ditangani karena akses jalan pemadaman terbatas. Peningkatan sinergisitas multipihak sangat diperlukan agar penanggulangan karhutla dapat berjalan efektif dan efisien,” harapnya.(naf)