Lewat Kalteng, Jalur Masuk Babi ke Kalbar Rawan Sebarkan Virus ASF

Pasokan distribusi hewan ternak babi ke Kalbar dinilai rawan menyebarkan virus ASF lantaran jalur pintu masuknya tidak satu pintu. Kabar yang beredar menyebutkan hewan ternak babi masuk ke Kalbar tidak melewati pelabuhan melainkan melalui jalur darat dari pulau Jawa/Bali dengan truk angkutan ternak babi via Kalimantan Tengah (Kalteng).
Pasokan distribusi hewan ternak babi ke Kalbar dinilai rawan menyebarkan virus ASF lantaran jalur pintu masuknya tidak satu pintu. Kabar yang beredar menyebutkan hewan ternak babi masuk ke Kalbar tidak melewati pelabuhan melainkan melalui jalur darat dari pulau Jawa/Bali dengan truk angkutan ternak babi via Kalimantan Tengah (Kalteng). Foto: ilustrasi

Pontianak, BerkatnewsTV. Pasokan distribusi hewan ternak babi ke Kalbar dinilai rawan menyebarkan virus ASF lantaran jalur pintu masuknya tidak satu pintu.

Kabar yang beredar menyebutkan hewan ternak babi masuk ke Kalbar tidak melewati pelabuhan melainkan melalui jalur darat dari pulau Jawa/Bali dengan truk angkutan ternak babi via Kalimantan Tengah (Kalteng).

Sehingga hal ini dinilai sulit untuk dilakukan pengawasan secara ketat terhadap pemeriksaan kesehatan hewan dari Karantina.

Tentu ini akan sangat berpengaruh terhadap tidak terkendalinya penyebaran wabah virus flu babi yang akan terus mewabah ke Kalbar mengingat ampai saat ini belum ada vaksin dan obatnya.

“Kalau ternak babi yang didatangkan melalui jalur laut lewat pelabuhan yang ada di Kalbar maka akan memudahkan untuk dilakukan pengawasan terhadap kesehatan hewan. Selain itu memudahkan pengecekan sterilisasi armada pengangkut sebelum dibawa ke tempat tujuan,” kata Praktisi Kebijakan Publik Kalbar, Herman Hofi Munawar, Jumat (19/5).

Namun sebaliknya Herman Hofi khawatir ketika idatangkan lewat jalur darat tentu tidak akan terawasi dan terkendali dengan baik. Sehingga emicu penyebaran virus flu babi yang saat ini sedang melanda wilayah Kalbar serta menjadi sorotan dunia yang berdampak terhadap kesehatan hewan-hewan ternak serta mengancam keberlangsungan peternakan lokal.

Ia sebutkan kebijakan port to port sesuai dengan Surat Edaran dari pemerintah daerah sudah benar untuk memudahkan pengendalian dan pendeteksian resiko penyebaran virus flu babi.

“Jangan sebebas mungkin regulasi pemasukannya, apakah itu hewan ternak babi, sapi, kambing, harus melalui pengawasan yang ketat dari instansi-instansi terkait dalam hal ini khususnya pihak Karantina Hewan Kalbar,” tegasnya.

Herman Hofi meminta pemerintah daerah segera melakukan penertiban masuknya ternak hewan babi di Kalbar. Dan kedepannya bukan hanya herwan ternak babi saja namun juga termasuksapi, kambing, unggas dan lainya agar tidak boleh sembarangan masuk ke Kalbar.

“Bukan berarti monopoli tetapi untuk memastikan hewan ternak tersebut harus terkendali pengawasan kesehatan hewannya melalui satu pintu yaitu dengan jalur kapal laut port to port,” pungkasnya.

Baca Juga:

Beberapa waktu lalu, puluhan ribu ekor babi di kabupaten/ kota di Kalbar mengalami kematian massal lantaran terserang virus African Swine Fever (ASF).

Jumlah yang tidak sedikit ini diungkapkan Ketua Komisi I DPRD Kalbar Angelina Fremalco kepada Gubernur Kalbar saat rancangan awal RKPD 2023, Kamis (10/2).

“Ini sudah terjadi sejak akhir tahun kemarin. Di Landak saja sudah hampir tujuh ribu ekor pada bulan Januari saja,” ungkap Angelina.

Bahkan, ia sebutkan kasus ini juga terjadi pada peternak babi di beberapa daerah wilayah perhuluan Kalbar.

“Kami usulkan kepada Bapak Gubernur agar menetapkan status darurat bencana non alam dan agar Kementan dapat segera turun tangan mengatasi masalah ini,” harapnya.

Menurut Angelina, kejadian ini juga sangat berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat khususnya para peternak babi.

“Nantinya setiap kepala daerah mungkin bisa juga menyampaikan kejadian kematian babi ini,” tambahnya.

Gubernur Kalbar Sutarmidji mengatakan pihaknya sudah meminta Kementerian Pertanian untuk mengatasi kematian babi di Kalbar.

“Ini lah kenapa kita harus ketat terhadap hewan – hewan ternak yang masuk ke Kalbar. Seperti telur ayam tanpa ijin terpaksa dimusnahkan karena khawatir menularkan penyakit. Jadi ini untuk melindungi peternak. Hal ini bisa terjadi juga dengan babi yang virusnya tidak terkontrol,” jelasnya.

Sutarmidji intruksikan Dinas Pangan, Peternakan dan Kesehatan Hewan untuk meminta bantuan ke Kementerian Pertanian agar mengupayakan bibit yang diberikan kepada masyarakat peternak babi.

Kepala Dinas Pangan, Peternakan dan Kesehatan Hewan Kalbar M Munsif mengatakan langkah mitigasi telah dilakukan oleh Kementan RI yang datang ke Kalbar waktu lalu.

“Kementan telah kumpulkan semua pihak dan advokasi seluruh stake holder untuk mitigasinya bagaimana protokol penanganannya. Waktu itu kita ke Sintang dan Melawi,” jelasnya.

Kementan RI telah membawa serumnya namun hanya dapat menolong 50 persen. Pada umumnya ternak yang terserang virus ASF yang tidak dipelihara dan dikandang dengan sistem dan pola yang baik.

“ASF ini tidak ada vaksinnya, tidak ada obatnya, yang ada hanya serumnya yang hanya bisa menolong 50 persen. Itu pun dengan catatan farm nya yang dikelola dengan baik dengan menerapkan bio sekuriti,” terangnya.(rob/tmB)