Pontianak, BerkatnewsTV. Ritual telok berdiri menjadi salah satu rangkaian dari Festival Pesona Kulminasi Matahari di Tugu Khatulistiwa.
Ritual telok berdiri bagian dari momen langka di seluruh dunia yang ada hanya di Kota Pontianak yang dilintasi garis khatulistiwa.
Tepat pada Selasa 21 Maret 2023, ritual telok berdiri dapat dilakukan di Tugu Khatulistiwa Pontianak Utara yang dimulai sekitar pukul 11.45 wib.
Tak hanya itu, hal menarik lainnya adalah saat Kulminasi terjadi, bayangan Tugu Khatulistiwa akan menghilang selama beberapa detik. Bayangan seluruh benda di sekitar Tugu Khatulistiwa juga turut menghilang. Kulminasi matahari di Kota Pontianak terjadinya dalam 2 kali setahun tepatnya pada tanggal 21-23 Maret dan 21-23 September.
Kulminasi atau transit atau istiwa’ adalah fenomena ketika Matahari tepat berada di posisi paling tinggi di langit. Saat deklinasi Matahari sama dengan lintang pengamat, fenomenanya disebut sebagai Kulminasi Utama.
Pada saat itu, Matahari akan tepat berada di atas kepala pengamat atau di titik zenit. Akibatnya, bayangan benda tegak akan terlihat “menghilang”, karena bertumpuk dengan benda itu sendiri. Karena itu, hari kulminasi utama dikenal juga sebagai hari tanpa bayangan.
“Tentu ini menjadi daya tarik tersendiri bagi Pontianak karena momen ini sangat langka di dunia,” kata Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Kalimantan Barat, Lismaryani.
Ia berharap, Festival Pesona Kulminasi Matahari di Tugu Khatulistiwa mendongkrak ekonomi daerah dan pelaku UMKM.
Baca Juga:
Tugu khatulistiwa dahulu didirikan oleh astronom dari Belanda. Tugu Khatulistiwa dibangun pada tahun 1928. Tugu ini awalnya terletak di luar ruangan dan tidak ada bangunan penutup. Tahun 1990 tugu direnovasi.
Awalnya Tugu Khatulistiwa hanyalah berbentuk sebuah tiang berwarna hitam setinggi 4,4 meter. Tiang yang berjumlah empat buah ini terbuat dari kayu khas kalimantan barat yakni kayu belian berdiameter 0,30 meter.
Diatasnya terdapat lingkaran disertai busur panah. Di bawah busur panah ini terdapat tulisan huruf yang bertuliskan 109 derajat 20’0″OlvG” yang menunjukkan letak tugu berada pada garis bujur timur.
Kini, dapat dilihat bersama berdiri dengan megah sebuah monumen pelindung dan tugu duplikasi yang tinggi serta besarnya lima kali lipat. Bangunan ini juga sudah mengalami beberapa kali pemugaran dan renovasi hingga menjadi sangat menarik seperti saat ini.
Setelah tahun 2010, di lokasi tersebut ditambah bangunan pendukung di sekelilingnya seperti food court, toko oleh-oleh, taman, replika bola dunia dan tempat parkir.
Tak hanya itu, momen keceriaan ini juga ditambah dengan pameran – pameran etnik khas daerah, tampilan kesenian tradisional dan tak lupa kuliner khas Kota yang terkenal dengan Kota Seribu Parit.
Namun, ada momen yang tak biasa pada festival kali ini. Dimana ada kegiatan memanah bersama di kawasan monumen Khatulistiwa. Dimana para peserta diberikan kesempatan untuk memegang busur panah serta membidik target berupa balon yang diletakkan tepat beberapa langkah di depan para peserta. Susana pecah dan tawa ketika para peserta tersebut berhasil memecahkan balon – balon dengan anak panah yang melesat dengan cepat.(tmB)